Tautan-tautan Akses

Biden pada D-Day: Barat Tidak akan Tinggalkan Ukraina


Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Paris, Prancis, 7 Juni 2024. (Foto: REUTERS/Elizabeth Frantz)
Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Paris, Prancis, 7 Juni 2024. (Foto: REUTERS/Elizabeth Frantz)

Presiden AS Joe Biden berpartisipasi dalam upacara sendu yang menandai peringatan 80 tahun invasi Sekutu ke Normandy. Biden juga mendesak perlunya persatuan melawan agresi Rusia, dalam peringatan yang menandai salah satu pertempuran terbesar dalam Perang Dunia II.

Delapan puluh tahun lalu, gelombang pertama 160.000 tentara Sekutu menyerbu pantai Normandy. Serangan mereka yang melelahkan melonggarkan cengkeraman Nazi Jerman di Prancis, yang menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.

Presiden Joe Biden, berbicara di dekat taman makam di mana 9,387 tentara Amerika dimakamkan, menekankan bahwa tantangan global ini belum berlalu. Dia mendesak persatuan dalam melawan agresi Rusia saat ini.

Presiden Joe Biden menegaskan: “Kita tidak akan pergi. Karena jika kita melakukan hal itu, Ukraina akan ditaklukkan dan hal itu tidak akan berhenti sampai di sana. Negara-negara tetangga Ukraina akan terancam. Seluruh Eropa akan terancam. Dan jangan salah, para otokrat di dunia sedang mengamati dengan cermat apa yang terjadi di Ukraina, untuk melihat apakah kita membiarkan agresi ilegal ini tidak terkendali. Kita tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Menyerah pada para penindas, tunduk pada diktator adalah hal yang tidak terbayangkan.”

Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Ruang Oval Gedung Putih, Rabu, 21 Desember 2022, di Washington. (AP/Patrick Semansky)
Presiden Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Ruang Oval Gedung Putih, Rabu, 21 Desember 2022, di Washington. (AP/Patrick Semansky)

Yang menonjol dalam upacara tersebut adalah kehadiran sejumlah kecil veteran PD II yang masih hidup.

Pada hari Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron menganugerahi 11 veteran Amerika – tidak satu pun berusia di bawah usia 98 tahun – dengan bintang jasa Legion of Honor (“Legiun Kehormatan”), penghargaan tertinggi pemerintah Prancis.

Dalam kesempatan itu, Emmanuel Macron mengatakan: “Pada musim panas 1944, usia mereka baru 20 tahun, mungkin kurang. Mereka punya keluarga, teman, tunangan, istri, terkadang anak. Mereka punya impian, rencana, masa depan, dan mereka meninggalkan segalanya, menyeberangi lautan dan mendarat di pantai Prancis delapan dekade lalu. Mereka meninggalkan segalanya dan mengambil semua risiko demi kemerdekaan kami, demi kebebasan kami. Kami tidak akan melupakan ini. Terima kasih.”

Apa yang dilakukan oleh para pemuda itu, menurut pakar militer, sungguh luar biasa.

Peristiwa itu adalah serangan amfibi terbesar dalam sejarah.

Para pemimpin dan tokoh dunia memberikan penghargaan pada upacara hari Kamis (6/6) – namun bagi masyarakat Prancis, hari itu sangat istimewa.

Leonie Allard adalah peneliti tamu di Dewan Atlantik, cabang Eropa dan mantan pejabat pertahanan Prancis. Dia mengatakan: “Kita ingat betapa besarnya kontribusi AS dalam keterlibatannya untuk mengubah nasib benua ini pada saat itu. Kita berkaca pada berbagai pelajaran yang dapat kita ambil dari keterlibatan tersebut mengenai tantangan yang kita hadapi saat ini di Eropa, dengan kembalinya perang di benua ini akibat agresi Rusia terhadap Ukraina.”

Namun harga yang harus dibayar sangat mahal, dan dibayar dengan harta paling berharga yang dimiliki negara mana pun: nyawa para pemuda pemberani. [lt/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG