Mantan wakil presiden AS Joe Biden, calon dari Partai Demokrat, melawan Presiden Donald Trump dalam pemilu pada 3 November. waktu Amerika. Pencalonan tersebut adalah pencalonan ketiganya untuk melenggang ke Gedung Putih, tetapi untuk pertama kalinya berdiri sebagai calon dari partainya.
Jika Biden menang dan dilantik pada Januari 2021, ia akan menjadi kepala eksekutif ke-46 negara itu. Pada saat itu, dia akan berusia 78 tahun, presiden AS tertua yang pernah terpilih, melampaui Donald Trump, yang berusia 70 tahun ketika dia memasuki Gedung Putih.
Biden, selama 36 tahun menjadi senator dan orang kedua dalam komando Presiden Barack Obama selama 8 tahun. ia mengalahkan dua lusin anggota Demokrat lainnya untuk pencalonan tersebut.
Dia berkampanye sebagai politisi kiri-tengah yang andal dalam mengusung isu tunjangan perawatan kesehatan yang diperluas untuk warga Amerika. Namun, program yang diusulkan Biden bukan perawatan kesehatan universal yang dibiayai pemerintah, seperti yang diminta Demokrat.
Selama berbulan-bulan berkampanye, Biden mengatakan dia ingin mengakhiri pemerintahan Trump yang dianggap” menyimpang.”
Panggilan Demi Harga Diri
“Kami sedang berjuang untuk jiwa Amerika,” kata Biden di situs kampanyenya. “Saatnya mengingat siapa kita. Kami orang Amerika: tangguh, ulet, tetapi selalu penuh harapan. Saatnya memperlakukan satu sama lain dengan bermartabat. Bangun kelas menengah yang cocok untuk semua orang. Melawan penyalahgunaan kekuasaan luar biasa yang kita lihat.
“Saatnya menggali lebih dalam dan mengingat bahwa hari-hari terbaik kita masih terbentang di depan,” katanya.
Biden mencirikan Trump sebagai pemimpin yang tidak layak di dunia bebas, dengan mengatakan, "Sudah waktunya untuk kepemimpinan yang dihormati di panggung dunia - dan kepemimpinan yang bermartabat di dalam negeri."
Jika terpilih, Biden hampir pasti akan menghidupkan kembali beberapa perjanjian internasional yang ditarik Trump, seperti Pakta iklim Paris dan kesepakatan nuklir Iran yang bertujuan untuk mengekang pengembangan senjata nuklir Teheran.
Beberapa bulan yang lalu, Biden berjanji untuk memilih seorang wanita sebagai pasangan wakil presidennya, dan dia menepatinya dengan memilih senator dari negara bagian California, Kamala Harris. Harris merupakan perempuan kulit hitam pertama dalam pilpres AS. Ia adalah keturunan Jamaika dan India.
Kampanye Trump telah mempermalukan pemilihan Harris sebagai wakil Biden dengan mengatakan, "Sekarang Kamala Harris ada di tiketnya, pengambilalihan sayap kiri radikal Joe Biden sekarang selesai."
Berkampanye dari Rumah
Di tengah pandemi virus corona bersejarah yang melanda AS, kampanye Biden hingga saat ini tidak seperti kampanye AS pada umumnya untuk memperebutkan kursi kepresidenan di zaman modern. Dia sebagian besar mengobarkan semangat pemilihnya dari rumahnya di Wilmington, Delaware. Namun, sesekali ia terjun secara langsung ke Philadelphia, Pennsylvania, untuk berpidato dan berdiskusi mengenai kebijakan dengan sekelompok kecil orang.
Atas saran pakar medis, Biden menghindari kampanye yang digelar secara akbar karena takut tertular atau membantu menyebarkan virus corona jika banyak orang berkumpul untuk mendengarnya berbicara. Konvensi Nasional Partai Demokrat selama empat hari pada Agustus 2020 dilaksanakan secara virtual, tanpa arena yang biasanya dipadati oleh ribuan pendukung yang bersorak-sorai.
Penanganan Trump terhadap pandemi virus corona di AS menjadi salah satu fokus pertarungan dengan Biden.
Trump di awal tahun 2020 meremehkan virus corona. Ia berdalih bahwa saran para pakar kesehatan AS agar memakai masker, bukan lah saran untuknya, meskipun Trump kadang-kadang memakainya.
Baru-baru ini, ketika jumlah kematian di AS yang telah mencapai lebih dari 174.000 orang, Trump berkata, "Memang seperti itu."
Biden mencemooh kinerja virus corona Trump, dengan menyatakan bahwa ia mengklaim sebagai "presiden masa perang" dalam pertarungan melawan penyakit menular. Namun, Biden mengatakan Trump telah "mengibarkan bendera putih" terhadap virus corona. [ah/au/rw/ft]