Presiden terpilih Joe Biden mulai memilih anggota-anggota kabinet baru dan pejabat tinggi pemerintah lainnya. Biden telah berjanji untuk memilih kabinet yang mencerminkan keragaman penduduk Amerika.
Pilihannya ini masih akan dikaji oleh sayap progresif Partai Demokrat dan harus dikonfirmasi oleh Senat yang mayoritas kursinya akan ditentukan oleh dua pemilihan ulang anggota Senat di negara bagian Georgia, Januari nanti.
Berikut nama-nama yang sejauh ini telah dipilih Biden.
Janet Yellen
Yellen, yang berusia 74 tahun, adalah tokoh yang dikenal kalangan sektor keuangan. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, pada 2014-2018, serta penasihat ekonomi utama Presiden Bill Clinton pada akhir 1990an. Jika dikukuhkan Senat, Yellen akan menjadi perempuan pertama yang mengepalai Departemen
Keuangan. Yellen sebelumnya juga pernah memimpin Bank Sentral San Fransisco pada 2004-2010 dan Wakil Direktur Bank Sentral Amerika pada 2010-2014 – mendampingi Direktur Bank Sentral Amerika ketika itu, Ben Bernanke. Sebagai kepala the Fed, sebutan bagi bank sentral, Yellen pernah mempertahankan tingkat suku bunga hampir nol persen hingga akhir 2015 ketika ia secara perlahan-lahan mencabutnya untuk mendorong lapangan kerja.
Neera Tanden
Biden memilih Tanden sebagai Direktur Kantor Urusan Manajemen dan Anggaran. Ia adalah Presiden Center for American Progress, satu kelompok kajian liberal. Sebelumnya ia bekerja untuk pemerintahan Obama dan Clinton. Ia pernah menjadi direktur kebijakan dalam negeri tim kampanye kepresidenan Barack Obama dan membantu merancang Affordable Care Act atau Undang-Undang Layanan Kesehatan yang Terjangkau – yang juga dikenal sebagai Obamacare. Tanden juga pernah menjadi direktur kebijakan bagi Hillary Clinton tahun 2008.
Jika dikukuhkan Senat, warga Amerika keturunan Asia Selatan yang berusia 50 tahun itu , akan menjadi perempuan kulit berwarna pertama yang memimpin Kantor Manajemen dan Anggaran Amerika Serikat (Office of Management and Budget/OMB), sebuah badan federal yang mengawasi anggaran pemerintah federal.
Anthony Blinken
Blinken, yang dipilih Biden untuk menjadi menteri luar negeri, pernah menjabat sebagai wakil menteri luar negeri pada masa pemerintahan Obama dan dikenal memiliki hubungan dekat dengan Biden. Lulusan Universitas Harvard dan Columbia Law School berusia 58 tahun itu telah sejak lama menjabat di berbagai posisi kebijakan luar negeri pada pemerintahan Demokrat. Di antaranya, sebagai anggota Dewan Keamanan Nasional pada pemerintahan Clinton dan wakil penasihat keamanan nasional pada pemerintahan Obama. Ia juga staf direktur Komite Hubungan Luar Negeri Senat ketika Biden mengepalai panel itu, dan kemudian menjadi penasihat keamanan nasional Biden ketika ia menjabat sebagai wakil presiden.
Alejandro Mayorkas
Biden memilih Mayorkas sebagai Menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri. Ia adalah mantan wakil menteri di Departemen Keamanan Dalam Negeri dan menjadi warga Amerika-Latin dan imigran pertama yang dicalonkan pemimpin badan itu. Dilahirkan di Havana, Kuba, Mayorkas yang berusia 60 tahun, datang ke Amerika ketika masih kanak-kanak bersama keluarganya, sebagai pengungsi politik. Setelah berkarier sebagai pengacara, Mayorkas bergabung dengan pemerintahan Obama pada 2009 sebagai Direktur Badan Layanan Imigrasi dan Kewarganegaraan (U.S. Citizenship and Immigration Service/USCIS). Di badan itu, Mayorkas menerapkan kebijakan DACA, program yang memberikan jaminan kepada anak-anak imigran yang dibawa ke Amerika ketika mereka masih kanak-kanak secara ilegal, untuk dapat tinggal dan bekerja di Amerika secara legal.
Linda Thomas-Greenfield
Thomas-Greenfield adalah veteran di US Foreign Service yang sudah mengabdi selama 35 tahun di empat benua. Ia adalah diplomat tertinggi pilihan Presiden Obama untuk Afrika pada 2013-2017, memimpin kebijakan Amerika di sub-Sahara Afrika ketika sebagian Afrika Barat dilanda wabah Ebola. Setelah meninggalkan Departemen Luar Negeri, Thomas-Greenfield menjabat sebagai pejabat senior di perusahaan strategi global milik mantan Menteri Luar Negeri Madeleine Albright. Biden memilih Thomas-Greenfield sebagai Duta Besar Amerika untuk PBB karena ia berencana meningkatkan posisi itu setingkat pejabat kabinet.
John Kerry
Biden memilih Kerry sebagai Utusan Khusus Amerika Untuk Perubahan Iklim. Kerry adalah tokoh kunci di Partai Demokrat yang pernah menjabat sejumlah posisi utama. Antara lain mantan menteri luar negeri pada pemerintahan Obama, mantan senator negara bagian Massachusetts selama lebih dari 25 tahun, dan mantan calon presiden Partai Demokrat pada 2004. Utusan Khusus Untuk Perubahan Iklim bukan posisi kabinet, tetapi Kerry akan duduk di Dewan Keamanan Nasional (National Security Council/NSC). Ini berarti untuk pertama kalinya NSC akan melibatkan seorang pejabat yang khusus menangani perubahan iklim. Setelah pengumuman pencalonannya, Kerry mencuit “Amerika akan segera memiliki pemerintah yang memperlakukan krisis iklim sama pentingnya sengan ancaman keamanan nasional.”
Avril Haines
Biden memilih Haines sebagai Direktur Intelijen Nasional. Ia adalah mantan wakil direktur Badan Intelijen Pusat (CIA dan mantan wakil penasihat keamanan nasional pemerintahan Obama. Ia akan menjadi perempuan pertama yang dinominasikan memimpin komunitas intelijen Amerika. Haines, yang berusia 51 tahun, adalah pengacara yang sebelumnya bekerjasama dengan Biden sebagai wakil ketua penasihat di Komite Urusan Luar Negeri Senat di mana Biden menjadi ketuanya. Setelah meninggalkan pemerintahan Obama tahun 2017, ia memegang beberapa posisi di Columbia University.
Jake Sullivan
Sullivan, yang dipilih Biden menjadi penasihat keamanan nasional, sebelumnya menjabat di posisi yang sama pada masa pemerintahan Obama. Ia juga pernah menjabat sebagai wakil kepala staf Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Menurut tim transisi Biden, Sullivan – yang berusia 44 tahun – akan menjadi orang termuda yang menjabat posisi itu dalam puluhan tahun. [em/pp]