Tautan-tautan Akses

Biden: Rencana Ekonomi Trump akan Jadi 'Bencana' 


Presiden AS Joe Biden berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington, pada 8 Desember 2024. (Foto: Reuters/Ken Cedeno)
Presiden AS Joe Biden berbicara dalam konferensi pers di Gedung Putih, Washington, pada 8 Desember 2024. (Foto: Reuters/Ken Cedeno)

Biden mengatakan bahwa konsumen AS akan membayar dampak dari tarif yang telah dijanjikan Trump yang akan diterapkan kepada tetangga AS, Meksiko dan Kanada, dan juga kepada saingannya di Asia Pasifik, China.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Selasa (10/12) dalam sebuah pidato yang memuji warisannya sendiri, mencap rencana ekonomi penggantinya, Donald Trump, sebagai sebuah “bencana.”

Biden mengatakan bahwa ancaman Trump untuk mengenakan tarif impor yang besar adalah “kesalahan besar” dan menantang Trump untuk membangun apa yang dikatakannya sebagai keberhasilan pemerintahannya sendiri.

Pidato presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya itu muncul setelah Trump memenangkan masa jabatan kedua yang sebagian besar disebabkan oleh kemarahan para pemilih AS atas tingginya biaya hidup di bawah pemerintahan Partai Demokrat.

“Saya berdoa kepada Tuhan agar presiden terpilih mencampakkan Proyek 2025. Saya pikir ini akan menjadi bencana ekonomi bagi kita dan kawasan ini,” kata Biden di Brookings Institution di Washington, mengacu pada cetak biru konservatif untuk pemerintahan Trump yang kedua.

Biden yang kerap batuk-batuk karena flu, mengatakan bahwa konsumen AS akan membayar dampak dari tarif yang telah dijanjikan Trump yang akan diterapkan kepada tetangga AS, Meksiko dan Kanada, dan juga kepada saingannya di Asia Pasifik, China.

Ketiga negara tersebut adalah tiga mitra dagang terbesar AS.

“Saya yakin pendekatan ini adalah sebuah kesalahan besar,” tambah Biden.

Pada acara terpisah pada Selasa, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan bahwa rencana tarif Trump dapat “menggagalkan kemajuan yang telah dicapai AS dalam hal inflasi, dan memiliki konsekuensi yang merugikan pada pertumbuhan.”

Dia memperingatkan pada Pertemuan Dewan CEO Wall Street Journal bahwa kenaikan tarif dapat menaikkan harga secara signifikan bagi konsumen AS dan menambah tekanan pada perusahaan-perusahaan yang bergantung pada impor.

Presiden bayangan

Gedung Putih memuji pidato Biden sebagai “pidato penting tentang warisan ekonominya” saat pria berusia 82 tahun ini akan meninggalkan jabatannya kurang dari enam minggu lagi.

Biden keluar dari bursa calon presiden 2024 melawan Trump pada Juli lalu karena kekhawatiran akan usianya dan menyerahkan tongkat estafet kepada Wakil Presiden Kamala Harris, yang dengan mudah dikalahkan Trump dalam pemilu bulan November.

Pelantikan Trump baru akan dilaksanakan pada 20 Januari mendatang, namun ia telah menjadi presiden bayangan, membuat pernyataan tentang ekonomi dan kebijakan luar negeri dan dipuji oleh para pemimpin dunia.

Biden tetap bersikap rendah hati, namun ia tampil membela capaiannya sendiri di hadapan para ekonom.

Ia membandingkan “buku pedoman menengah-keluar dan dari bawah ke atas” dengan apa yang ia sebut sebagai janji Trump yang gagal, yaitu “ekonomi menetes ke bawah,” di mana pemotongan pajak untuk orang kaya seharusnya meningkatkan pendapatan.

Biden juga memuji berbagai pencapaian termasuk pemulihan ekonomi AS dari pandemi COVID-19 dan investasi besar-besarannya di bidang teknologi dan industri hijau.

“Presiden terpilih Trump menerima [warisan] ekonomi terkuat dalam sejarah modern,” kata Biden.

Namun, sang presiden yang akan meninggalkan jabatannya itu mengatakan bahwa ia menyesal tidak menandatangani cek stimulus COVID yang dikirimkan kepada warga Amerika, seperti yang dilakukan Trump.

Biden mengakhiri pidatonya dengan permohonan yang lebih luas untuk kepemimpinan AS di dunia yang sedang bermasalah, meskipun Trump telah berulang kali mengisyaratkan niatnya untuk mengambil sikap yang lebih menutup diri.

“Jika kita tidak memimpin dunia, negara mana yang akan memimpin dunia?” katanya. [my/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG