Gedung Putih, pada Selasa (14/6), mengumumkan bahwa Presiden Joe Biden akan melakukan lawatan kepresidenan ke Israel, Tepi Barat, dan Arab Saudi.
Para analis mengatakan lawatan tersebut dapat berjalan beriringan dengan proses yang sensitif untuk menormalisasi hubungan Israel dengan tetangga-tetangganya di kawasan tersebut di mana punya wilayah itu memiliki makna strategis yang penting bagi Washington.
Lawatan selama empat hari yang dijadwalkan pada pertengahan Juli itu akan dimulai di Israel, di mana Biden akan bertemu dengan para pemimpin Israel.
Dia juga akan mengadakan pembicaraan di Tepi Barat dengan Otoritas Palestina guna menyampaikan dukungannya bagi solusi dua negara di antara para pihak yang bersengketa disana.
Dari Israel, Biden akan terbang ke Jeddah, kota di Arab Saudi yang dinilai merupakan gerbang ke dua tempat yang paling suci bagi umat Islam, yaitu Mekah dan Madinah.
Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik, dan ini merupakan penerbangan langsung pertama yang dilakukan oleh seorang presiden Amerika Serikat dari Israel ke sebuah negara Arab yang tidak mengakui Israel, menyusul penerbangan bersejarah Presiden Trump pada 2017 dari Riyadh ke Tel Aviv.
Di Jedah, Biden akan bertemu dengan pemimpin kerajaan kaya minyak itu, terutama dengan Putra Mahkota Mohamad bin Salman, yang dinilai sebagai penyelenggara kebijakan dan pemimpin de facto dari monarki absolut terakhir di dunia.
Pertemuan Biden dapat memiliki dampak, kata Brian Katulis, Wakil Direktur Middle East Institute. “Saya rasa hal utama adalah memperhatikan bagaimana Presiden Biden dan timnya berusaha menstabilkan hubungan antara AS dan Israel, serta juga dengan Arab Saudi, dan kemudian memperluas jangkauan diplomatik dengan negara-negara Arab penting lainnya,” demikian katanya kepada VOA.
Washington sudah terlibat dalam diplomasi diam-diam guna memperluas Abraham Accords, persetujuan yang dihasilkan pemerintahan Trump di mana negara-negara Arab menormalisasi hubungan mereka dengan Israel.
Pada akhirnya Israel dan Arab Saudi akan menuju tahapan normalisasi hubungan, tetapi hal ini tidak akan terjadi saat kunjungan Biden kali ini, kata Katulis. Arab Saudi mensyaratkan adanya kemajuan terlebih dahulu dalam pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina sebelum bersedia mempertimbangkan normalisasi hubungan dengan Israel. [jm/em]