Amerika memiliki cukup vaksin untuk menangani kemungkinan perebakan wabah cacar monyet dan tidak perlu "upaya ekstra" untuk mencegah penyebarannya, kata Presiden Joe Biden, Senin (23/5) sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Biden ditanya apakah orang Amerika bisa menghadapi karantina selama berminggu-minggu jika terinfeksi cacar monyet setelah beberapa kasus terdeteksi bulan ini di Amerika Utara dan Eropa.
"Saya rasa tidak. Kita pernah mengalami cacar monyet dalam jumlah yang lebih besar di masa lalu," kata Biden pada konferensi pers di Tokyo setelah melangsungkan pembicaraan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.
"Nomor dua, kita punya vaksin untuk mengatasinya. Nomor tiga, sejauh ini, sepertinya tidak perlu ada upaya ekstra di luar apa yang sedang terjadi."
Cacar monyet, yang biasanya tidak berakibat fatal, bisa menyebabkan demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan, dan ruam seperti cacar air di tangan dan wajah.
Virus, yang endemik di beberapa bagian Afrika ini, bisa menular melalui kontak, melalui sentuhan kulit, atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.
WHO: Tak Ada Bukti Virus Cacar Monyet Bermutasi
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak memiliki bukti bahwa virus cacar monyet telah bermutasi, kata seorang eksekutif senior di badan PBB itu, Senin (23/5), dan mengatakan penyakit menular yang endemik di Afrika barat dan tengah itu cenderung tidak berubah.
Rosamund Lewis, kepala urusan sakit cacar yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO pada pengarahan singkat mengatakan mutasi umumnya lebih rendah untuk virus ini, meskipun urutan genetika kasus akan membantu pemahaman tentang wabah saat ini.
Lebih dari 100 kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi dalam wabah baru-baru ini di Eropa dan Amerika Utara sakitnya tidak parah, kata kepala bagian penyakit baru dan zoonosis serta pemimpin teknis untuk COVID-19 WHO, Maria van Kerkhove. "Ini adalah situasi yang bisa dikendalikan," ujarnya.
Menurut WHO, perebakan cacar monyet tidak lazim, karena terjadi di negara-negara di mana virus tidak menyebar. Para ilmuwan sedang berusaha memahami asal usul kasus-kasus ini dan apakah ada yang berubah terkait virus tersebut. [my/jm]