Presiden AS Joe Biden kembali mengecam invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 sebagai pelanggaran prinsip utama Piagam PBB. Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB hari Selasa (19/9), Biden meminta dukungan internasional bagi Ukraina.
“Rusia yakin dunia akan semakin lelah dan akan membiarkannya menganiaya Ukraina tanpa konsekuensi apa pun. Namun saya tanyakan kepada Anda: Jika kita mengabaikan prinsip-prinsip utama Piagam PBB untuk membiarkan si penyerang melakukan pelanggaran, bisakah negara anggota merasa yakin mereka sudah terlindung? Jika kita membiarkan Ukraina dipecah belah, apakah kemerdekaan negara lain bisa dijamin?,” ujarnya.
Ini menjadi tahun kedua Biden menggalang dukungan bagi Ukraina di hadapan organisasi dunia itu. Akan tetapi, di tengah kekhawatiran negara-negara Selatan – sebutan bagi negara-negara berkembang – bahwa isu Ukraina mendominasi sidang tahunan sehingga mengorbankan masalah lainnya, isu invasi Rusia pun baru disinggung Biden menjelang akhir pidatonya.
Meskipun mayoritas negara mendukung resolusi yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, banyak negara yang semakin khawatir akan dampak perang itu terhadap harga energi dan pangan global. Kini terdapat seruan yang semakin besar dari negara-negara Selatan agar Moskow dan Kyiv mempercepat perundingan damai.
Presiden Brazil Luiz Inacio "Lula" da Silva mengatakan, “Saya telah menegaskan kembali bahwa perlu ada upaya untuk menciptakan ruang negosiasi. Banyak yang diinvestasikan untuk persenjataan dan sangat sedikit untuk pembangunan. Tahun lalu, belanja militer mencapai lebih dari $2 triliun.”
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenkyy mengutarakan permohonannya sendiri di hadapan majelis, dalam penampilan langsung pertamanya di Sidang Umum PBB sejak terjadinya invasi.
“Rusia menjadikan harga pangan sebagai senjata. Dampaknya meluas, dari pesisir Atlantik di Afrika hingga ke Asia Tenggara. Dan inilah skala ancamannya. Dan saya ingin berterima kasih kepada para pemimpin yang mendukung Inisiatif dan program Biji-bijian Laut Hitam dari Ukraina,” kata Zelenskyy.
Dengan absennya pemimpin China, Prancis, Rusia dan Inggris, Biden menjadi satu-satunya pemimpin negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang menghadiri sidang tahunan itu.
Biden menguraikan upaya AS untuk mengerahkan sumber daya bagi proyek-proyek infrastruktur global, mereformasi lembaga-lembaga internasional agar lebih inklusif, dan mengatasi tantangan global lainnya.
“Gelombang panas yang memecahkan rekor di AS dan China, kebakaran hutan memporak-porandakan Amerika Utara dan Eropa selatan. Kekeringan di Tanduk Afrika untuk kelima kalinya dalam lima tahun. Banjir yang tragis di Libya yang menewaskan ribuan orang – saya turut berbelasungkawa. Secara keseluruhan, gambaran-gambaran ini menceritakan sebuah kisah penting tentang apa yang menanti kita jika kita gagal mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan membuat dunia kita tahan iklim,” tambahnya.
Aktivis mengatakan masih banyak yang harus dilakukan, di mana ribuan di antara mereka berunjuk rasa di luar markas PBB di New York untuk menuntut pemerintahan Biden agar menghentikan proyek-proyek bahan bakar fosil baru. [rd/jm]
Forum