Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Sabtu (15/5) menyatakan keprihatinan mendalam kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengenai eskalasi kekerasan di Israel dan Gaza. Biden juga memberitahu Presiden Palestina Mahmoud Abbas bahwa Hamas harus "berhenti menembakkan roket."
Presiden telah berbicara kepada Netanyahu pada Rabu (12/5), tapi ini pertama kalinya Biden melakukan percakapan telepon dengan pemimpin Palestina sejak menjabat di Gedung Putih pada Januari.
Dalam pernyataan terpisah, Biden menekankan kepada Abbas "pentingnya bagi Hamas untuk berhenti menembakkan roket ke Israel" dan menegaskan kembali kepada Netanyahu "dukungannya yang kuat terhadap hak Isarel untuk membela diri" dari serangan-serangan yang dilancarkan oleh gerakan "Islamis dan kelompok-kelompok teroris lain di Gaza."
Menurut pernyataan itu, Presiden juga "mengecam serangan tanpa pandang bulu terhadap kota-kota di seluruh Israel."
Sejak dimulainya kekerasan baru antara negara Yahudi itu dan kelompok-kelompok Palestina di Jalur Gaza pada Senin (10/5), lebih dari 150 orang tewas. Sebagian besar korban tewas adalah warga Palestina.
Menurut pernyataan Gedung Putih, Biden juga menyatakan keprihatinannya kepada PM Israel mengenai "keselamatan para jurnalis" setelah sebuah serangan Israel menghancurkan sebuah bangunan yang menjadi markas kantor berita Associated Press di Gaza.
Kepada Mahmoud Abbas, Biden mengulangi kembali "komitmen AS untuk memperkuat kemitraan" dengan bangsa Palestina.
Presiden AS itu "menyatakan dukungannya untuk upaya-upaya yang memungkinkan bangsa Palestina menikmati martabat, keamanan, kebebasan dan peluang ekonomi yang patut dimiliki."
"Solusi dua negara" adalah "cara terbaik meraih resolusi yang adil dan langgeng bagi konflik Israel-Palestina," tambah Biden.
Juru bicara presiden Palestina, Nabil Abou Rudeinah, mengatakan kepada AFP bahwa percakapan telepon itu "penting." (vm/