Para biksu Buddha dan Muslim di wilayah Ladakh, Himalaya, India, memberikan suara mereka pada Senin (20/5) dalam pemilihan kepala daerah. Mereka menuntut status kenegaraan dan budaya lokal mereka dilindungi di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Hampir separuh penduduk di wilayah gurun dingin dan jarang penduduknya yang berbatasan dengan China dan Pakistan adalah Muslim, dengan sekitar 40 persen beragama Buddha, menjadikannya salah satu tempat dengan jumlah umat Hindu paling sedikit di negara tersebut.
Tuntutan warga Ladakh sejauh ini tidak dipenuhi oleh pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi yang nasionalis Hindu, yang siap untuk kembali berkuasa.
Para pemilih, termasuk biksu-biksu Buddha berjubah oker, mengantri untuk memberikan suara mereka di tempat-tempat pemungutan suara di Leh, kota utama di wilayah tersebut. Kawasan pegunungan di sekitarnya masih tertutup salju meskipun sebagian besar wilayah India dilanda gelombang panas.
Gompa, biara, dan simbol Buddha ada di mana-mana di Leh, begitu pula tugu-tugu peringatan bagi tentara yang tewas dalam bentrokan dengan negara-negara tetangga. Wilayah tersebut telah sangat dimiliterisasi sejak bentrokan perbatasan dengan China pada tahun 2020.
Selama beberapa dekade Ladakh adalah bagian dari negara bagian Jammu dan Kashmir yang semi-otonom di India.
Namun warga telah lama menuntut adanya badan legislatif, perlindungan konstitusional terhadap budaya lokal, dan langkah-langkah untuk memproteksi lingkungan yang rapuh.
“Kami membutuhkan perlindungan,” kata Stanzin Norphel, 74 tahun, setelah memberikan suaranya. “Pemerintah ini telah menghancurkan Ladakh,” tambah pensiunan pegawai pemerintah daerah yang beragama Buddha itu.
Pemerintahan Modi memisahkan Ladakh dari Kashmir yang dikuasai India ketika mencabut status semi-otonomi Kashmir pada 2019 dan menjadikan keduanya wilayah-wilayah persatuan, serta memberlakukan pemerintahan langsung. [ab/ns]
Forum