Seorang biksu Tibet yang dihormati secara luas, salah seorang tahanan politik paling terkemuka di China, telah meninggal dunia setelah menjalani hukuman penjara selama 13 tahun, yang menurut para pendukungnya bermotif politik.
Keluarga Tenzin Delek Rinpoche diberitahu bahwa ia telah meninggal hari Minggu (12/7) dalam penjara dekat Chengdu di provinsi Sichuan, menurut kelompok Mahasiswa untuk Kebebasan Tibet.
“Pihak berwenang China tidak mau mengungkapkan latar belakang kematiannya atau mengembalikan jenazahnya kepada keluarga,” kata organisasi yang berbasis di New York itu dalam pernyataan hari Senin (13/7).
Kepolisian China juga telah mengukuhkan kematian biksu berusia 65 tahun itu, menurut beberapa laporan media, tetapi mereka tidak memberi keterangan lain.
Sementara berita kematiannya menyebar, protes dilaporkan berlangsung di Tibet, dimana penduduk setempat yang marah menyerukan agar jenazahnya dikembalikan supaya upacara pemakaman Buddha yang pantas dapat dilakukan.
“Ribuan orang Tibet di Kabupaten Nyangchu telah berkumpul di luar kantor pemerintah setempat, menuntut jenazahnya supaya mereka dapat melakukan upacara pemakaman,” kata kelompok Free Tibet.
Pihak berwenang China telah menolak seruan itu, dengan mengatakan jenazahnya akan diperabukan dalam penjara, menurut organisasi yang berbasis di Inggris itu. China menambahkan bahwa “sejumlah besar pasukan keamanan” telah dikerahkan untuk membendung setiap kerusuhan.
Protes itu tidak dapat dikukuhkan secara independen, karena China membatasi dengan ketat wartawan, organisasi hak asasi dan komunikasi di Daerah Otonom Tibet.
Departemen Luar Negeri Amerika, yang telah berkali-kali menyerukan pembebasan Tenzin Delek, hari Senin mendesak Beijing agar “menyelidiki dan mengungkapkan latar belakang kematiannya.”
“Kami mendesak pihak berwenang China agar mengembalikan jenazah kepada keluarganya atau biaranya supaya upacara agama yang biasa dapat dilakukan,” menurut pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika.