Sebuah biografi baru menggambarkan pendiri Apple Corp. Steve Jobs sebagai orang yang perfeksionis, sering kasar kepada orang lain, dan keras kepala. Awalnya ia menolak upaya pengobatan kanker pankreas yang dapat menyelamatkan jiwanya dan mengatakan bahwa ia tidak percaya agama karena melihat banyak anak-anak yang menderita kelaparan.
Walter Isaacson, mantan direktur majalah Time dan CNN, dan sekarang adalah direktur utama Badan Penyiaran Amerika 'BBG', memperoleh akses eksklusif untuk buku biografi terbaru tentang sang jenius dalam teknologi itu yang akan dirilis hari Senin, berjudul 'Steve Jobs'.
Dalam wawancaranya hari Minggu untuk program TV CBS '60 Minutes' Isaacson mengatakan ketika akhirnya Steve Jobs menjalani operasi kanker, ternyata sel kanker telah menyebar ke organ-organ di sekitar pankreasnya. Buku ini mengungkapkan bahwa Steve Jobs sangat menyesal tidak menjalani operasi lebih awal.
Steve Jobs juga bertahun-tahun mempelajari Buddhisme Zen dan melakukan perjalanan ke India untuk mencari bimbingan rohani.
Dalam buku biografi, di mana Steve Jobs melakukan 40 wawancara, juga melihat lebih dalam jalan pikiran pria yang dikenal sangat tertutup, dan merahasiakan kehidupan pribadinya seperti yang ia lakukan terhadap produk-produk Apple.
"Dia tidak hangat dan akrab," kata Isaacson tentang Steve Jobs. Sebaliknya, ia menggambarkan CEO Apple itu sebagai "pemarah, sangat rapuh" dan kadang-kadang "sangat kejam."
Buku ini awalnya dijadwalkan terbit bulan Maret. Tapi tanggal penerbitannya diubah setelah Steve Jobs meninggal tanggal 5 Oktober lalu pada usia 56 tahun.
Biografi Gambarkan Steve Jobs sebagai 'Jenius yang Perfeksionis'
Walter Isaacson, direktur utama Badan Penyiaran Amerika 'BBG', menggambarkan seorang jenius yang pemarah dalam buku biografi terbaru 'Steve Jobs' yang akan dirilis hari ini.