Forklift-forklift aktif bergerak. Dari penampilan mereka, kita tidak tahu bahwa mesin-mesin pengangkat itu tidak digerakkan oleh bahan bakar (BBM) yang selama ini mungkin kita ketahui, melainkan dengan BBM hasil campuran solar dan minyak jelantah.
Organisasi pelatihan di Cloncurry mempekerjakan remaja dan pemuda usia 15 hingga 24 tahun di kafe dan bengkelnya. Mendaur ulang minyak dari penggorengan di dapur semula hanyalah cara untuk memangkas biaya.
Pemilik Red Door Café, Paul Bashford mengatakan, "Kami berpikir mengapa tidak mencoba menggunakannya di sini, sehingga kami tidak perlu membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir atau membuang minyak itu begitu saja."
Setelah enam bulan terus menguji dan gagal, mereka berhasil memproduksi biofuel.
"Pada dasarnya kami hanya menyaring semua padatan dari minyak jelantah, dan kemudian kami mengeringkannya sehingga terjadi proses pengendapan. Kami menyiapkan cukup banyak tangki pengendapan," imbuhnya.
Biaya awal untuk memproduksi BBM oplos itu ribuan dolar. Tetapi kini mereka sudah merasakan penghematan besar.
Australia menggunakan 32 miliar liter solar per tahun.
Industri biofuel meminta pemerintah negara bagian dan federal agar berinvestasi lebih banyak dalam membuat BBM alternatif.
Manajer Refueling Solutions Future Fuels Simon Roycroft mengatakan, "Meskipun kami mengakui EV dan tentu saja hidrogen benar-benar berperan dalam hal ini, dan kami senang karenanya, BBM ini masih jauh dari komersialisasi sepenuhnya dan sangat mahal untuk melakukan transisi ini."
Tinggal dalam komunitas pedalaman yang terpencil memang bisa jadi mahal. Mengirim makanan dan pasokan ratusan kilometer berarti biaya bertambah dengan cepat.
Kini dengan naiknya harga BBM, bisnis harus berkreasi untuk memotong biaya demi bertahan hidup.
Berita telah menyebar dengan cepat di Cloncurry tentang skema daur ulang itu. Kenyataan itu mendorong pub-pub lokal untuk terlibat. Mereka mengubah makanan tadi malam menjadi BBM untuk besok. [ka/ab]