Di kawasan Amerika Serikat, di mana musim wisatawan hanya berlangsung sekitar lima hingga enam bulan setiap tahunnnya, bisnis perhotelan dan pariwisata sering kesulitan mencari dan mempertahankan pekerja Amerika. Akibatnya, mereka mengandalkan pekerja dari luar negeri melalui program visa temporer yang disebut H2B.
Namun menurunnya jumlah pemegang visa tersebut yang diizinkan masuk ke Amerika tahun ini membuat banyak perusahaan cemas bahwa keseluruhan bisnis mereka terancam.
Di sepanjang pantai Massachusetts, musim semi dan musim panas datang lebih lambat dibandingkan dengan di kawasan-kawasan lain di AS. Sebelum wisatawan berdatangan, situasi di kawasan itu sepi, terlalu sepi bagi sejumlah pengusaha.
"Saya sering bercanda dan mengatakan 'kita mempunyai lebih banyak hiu putih ketimbang orang yang mencari pekerjaan' di Cape Cod," kata Jane Nichols Bishop, Ketua Asosiasi Pekerja Musiman di Cape Cod, Massachusetts.
Bishop sering menyebut dirinya "Mama Visa."Pekerjaannya adalah membantu para pemilik bisnis setempat memperoleh pekerja musiman melalui program visa H2B dari negara-negara seperti Jamaika dan Filipina.
"Siapa yang akan merapihkan kamar, membersihkan kamar mandi, memasak makanan, menyajikan makanan, mencuci piring? Tidak ada yang melakukannya. Tidak memadai jumlahnya," jelasnya.
Allen Sylvester, yang menjalankan bisnis sewa tenda "America Tent & Table Inc." milik keluarganya di Cape Cod, mengatakan, sulit mendapatkan orang Amerika yang bersedia bekerja hanya lima bulan setiap tahunnya.
"Hal pertama yang ditanyakan ‘apa yang kalian lakukan untuk mencari bantuan? Apa yang kalian lakukan untuk mencari bantuan?," jelasnya.
Potensi penurunan jumlah pekerja asing dengan visa H2B sebanyak empat kali lipat dan kesulitan memperoleh pekerja Amerika membuat bisnis-bisnis seperti milik Allen terancam kehilangan 20 persen pendapatan tahunannya. Allen mengaku, ia tidak mendapatkan pekerja asing sebanyak yang dibutuhkannya. Ia mengatakan, seandainya ada cara lebih mudah dan lebih murah untuk mendapatkan pekerja, ia bersedia mengambil cara itu.
Bisnis-bisnis yang bergantung pada pekerja H2B di Cape Cod yang harus menunjukkan bukti pengiklanan untuk bisa merekrut pekerja Amerika, mengajukan 3.000 lamaran visa bagi pekerja asing Januari lalu, namun hanya sebagian yang disetujui. Bahkan mereka yang beruntung sekalipun, seperti Jim Underdah yang mengelola Coonamessett Inn, terpaksa harus menunggu kedatangan pekerja mereka karena sistem pemrosesan yang tertunda.
Mempertimbangkan ketidakpastian itu, Underdah mengatakan bisnis-bisnis seperti yang dikelolanya terpaksa mempekerjakan orang-orang yang ingin bekerja penuh waktu pada saat musim sepi wisatawan, atau tepatnya pada saat mereka sesungguhnya tidak membutuhkan para pekerja itu.
"Saya tidak mau kehilangan para pekerja itu. Jadi saya punya pekerja di dapur yang bekerja 40 jam setiap minggunya selama musim dingin, sehingga mereka tidak akan meninggalkan saya. Mereka bilang, 'Hey mereka memperlakukan saya dengan baik.'Mereka akan bekerja musim semi ini. Mereka akan membantu saya," kata Underdah.
Bisnis yang tidak mampu mengambil pilihan itu hanya bisa berharap, sebelum tanggal 28 April, para legislator memberlakukan kembali undang-undang pengecualian bagi pekerja H2B yang pernah bekerja di AS sebelumnya untuk bisa bekerja di Amerika. Kalau tidak, mereka terpaksa menanggung akibatnya. [ab/lt]