Bitcoin mencapai rekor tertingginya sepanjang masa, yaitu $72.234 (setara Rp1,1 miliar) pada Senin (11/3). Mata uang kripto terpopuler di dunia itu menguat berkat meningkatnya aksesibilitas untuk bertransaksi dengan bitcoin dan melemahnya dolar AS.
Lonjakan pada Senin ini memperpanjang rekor tinggi bitcoin, yang sejak minggu lalu telah mencapai harga tertingginya dibandingkan November 2021 lalu, yaitu pada level $68,991 (Rp1 miliar).
Dukungan terhadap bitcoin meningkat setelah lembaga Otoritas Pengawas Keuangan Inggris (FCA) mengumumkan akan mengizinkan pendirian sekuritas terkait mata uang kripto, yang sebelumnya juga diterapkan regulator Amerika Serikat.
Otoritas pasar modal Amerika (SEC) pada awal tahun ini telah mengizinkan transaksi reksadana berbasis bitcoin yang diperdagangkan di bursa efek (Exchange-Traded Fund, atau ETF), sehingga memudahkan investor-investor umum untuk memasukkan bitcoin ke dalam portofolio mereka.
Kripto Kian Populer
“(Pernyataan FCA) tersebut menunjukkan bahwa kripto akan semakin popular; bukan hanya bitcoin, tetapi juga mata uang kripto lainnya yang sudah ada,” kata Kathleen Brooks, analis dari XTB, kepada kantor berita AFP.
“Kami melihat adanya permintaan (terhadap bitcoin), dan ini didukung oleh aliran dana yang masuk sebesar $10 miliar (setara Rp155 miliar) ke ETF bitcoin di AS,” tambahnya.
Bagi para analis, ETF dianggap sebagai bukti berkembangnya minat investor institusional terhadap kripto, yang ikut mendongrak antusiasme investor secara umum.
Menurut analis City Index, Fiona Cincotta, kenaikan harga bitcoin beberapa minggu terakhir ini juga didukung oleh “halving day” bitcoin pada April mendatang. Halving merupakan peristiwa empat tahunan di mana insentif atau imbalan terhadap aktivitas “penambangan” bitcoin dipotong setengahnya untuk mengontrol laju inflasi dan menjaga pasokan bitcoin yang sudah ada.
“Pasar kripto meroket 350 persen dari level terendahnya pada tahun 2022, dan akan terus meningkat setelah dibukanya pintu bagi investor institusional, dan saat investor ritel mengalami FOMO,” ujarnya. FOMO, atau fear of missing out, mengacu pada rasa takut ketinggalan tren.
Cincotta memprediksi bahwa level bitcoin ke depannya bisa mencapai $100.000, tetapi ia juga memberikan peringatan. “Bitcoin sangat tidak stabil dan dapat turun secepat kenaikannya,” katanya. [br/jm]
Forum