Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengunjungi Meksiko pada Rabu (27/12) dengan harapan dapat mengatasi lonjakan migrasi, yang telah menjadi masalah politik utama bagi Presiden AS Joe Biden menjelang tahun pemilu.
Perjalanan tidak biasa pada pekan Natal itu mendadak dijadwalkan setelah kubu oposisi, Partai Republik, menekan Biden agar segera menindak masalah migrasi jika ingin salah satu agenda utamanya di Kongres, yaitu bantuan bagi Ukraina, didukung oleh mereka.
Pada Rabu (27/12), beberapa jam sebelum bertemu dengan Blinken, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, yang pekan lalu meyakinkan AS bahwa Meksiko akan membantu meringankan tekanan migrasi, mengatakan bahwa Kongres AS seharusnya fokus berinvestasi pada masyarakat miskin di Amerika Latin dan Karibia.
“Alih-alih memasang penghalang, memasang pagar kawat berduri di sungai, atau berpikir tentang membangun tembok," kata Lopez Obrador.
Lopez Obrador berharap pemilu AS tahun depan akan membawa isu migrasi ke permukaan.
Sekitar 10.000 orang mencoba melintasi perbatasan AS di sisi selatan tanpa izin setiap harinya. Angka itu hampir dua kali lipat yang tercatat sebelum pandemi, dengan rombongan baru berjumlah ratusan, bisa jadi ribuan orang, berjalan kaki dari Meksiko selatan pada Minggu (24/12).
Mereka meninggalkan negara-negara asal mereka di Amerika Tengah, yang dilanda kemiskinan, kekerasan dan bencana alam yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Salah satunya Rene Heredia Herrera, migran asal Venezuela. Ia berangkat melalui perbatasan Guatemala dan berjalan kaki melintasi Meksiko sebelum tiba di Sungai Bravo untuk mencapai AS.
“Kami tidak bermigrasi tanpa alasan. Kami mencoba (bermigrasi) karena perekonomian negara kami sangat buruk, begitu juga situasi keamanan. Itu sebabnya kami mencoba ke sini. Jika kami berkecukupan, kami tidak akan bermigrasi," kata Herrera.
Seperti Rene, Maria Alicia Ulloa juga meninggalkan negara asalnya, Honduras, untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
“Kami bermigrasi karena berharap bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak kami dan keluarga yang kami tinggalkan. Tapi jika mereka (otoritas Meksiko) memutuskan untuk bertindak demikian (tidak mengizinkan migran melintas)… Katakanlah kami kembali ke negara kami, yang sarat kejahatan dan minim lapangan kerja karena terjadi banyak PHK (pemutusan hubungan kerja), artinya kami memang selalu tidak akan punya apa-apa.”
Baik AS maupun Meksiko menghadapi tekanan untuk mencapai kesepakatan, setelah langkah-langkah terdahulu, seperti pembatasan perjalanan langsung ke Meksiko atau pendeportasian sebagian migran, gagal menghentikan arus migrasi.
Petugas perbatasan AS sangat kewalahan sampai-sampai harus menutup sejumlah pintu perbatasan resmi untuk fokus memproses para migran.
AS kesulitan memproses ribuan migran di perbatasan dan menampung mereka begitu telah mencapai kota-kota lain di sisi utara Amerika Serikat.
Meksiko juga mengaku bahwa mereka telah mengerahkan seluruh upaya penegakan hukum. Migran asal Meksiko sendiri hanya sebagian kecil dari jumlah migran yang menuju AS.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan, delegasi AS akan berbicara kepada Lopez Obrador mengenai “kebutuhan mendesak akan jalur resmi dan tindak penegakan hukum tambahan” untuk mengatasi migrasi.
Meksiko, di bawah kesepakatan dengan Biden maupun pendahulunya, Donald Trump, setuju untuk setidaknya menampung sementara para migran yang ingin menyeberang ke AS.
Trump, kandidat calon presiden unggulan dari Partai Republik yang akan menantang Biden pada pilpres tahun depan, kembali berkampanye menggunakan retorika kuat anti-imigran, dengan menuduh warga asing “meracuni darah negara kita,” bahasa yang disebut para pengkritiknya serupa dengan yang digunakan Adolf Hitler, pemimpin Nazi.
Rancangan undang-undang (RUU) yang diajukan Biden ke Kongres juga akan mendanai penerjunan 1.300 agen Patroli Perbatasan tambahan untuk membantu mengatasi masalah migrasi. [rd/jm]
Forum