Amerika Serikat tetap memfokuskan perhatian jangka panjangnya pada kawasan Indo-Pasifik meskipun ada kekhawatiran atas agresi Rusia terhadap Ukraina, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Kamis (10/2).
Blinken berada di Melbourne, Australia, untuk pertemuan dengan mitra-mitranya dari Australia, India dan Jepang, pada Jumat.
Keempat negara membentuk apa yang disebut Quad', sebuah blok negara-negara Indo-Pasifik yang diciptakan untuk melawan pengaruh regional China.
“Ada beberapa hal lain yang terjadi di dunia saat ini, beberapa dari Anda mungkin telah memperhatikannya. Kita menghadapi masalah terkait agresi Rusia terhadap Ukraina. Kami berusaha mengatasinya tanpa henti terkait masalah itu,'' kata Blinken dalam pidato pertamanya sejak tiba di Australia pada Rabu (9/2). “Tapi kita tahu, presiden (Biden, red) tahu lebih baik daripada siapa pun, bahwa sebagian besar abad ini akan dibentuk oleh apa yang terjadi di sini di kawasan Indo-Pasifik,'' tambahnya.
Indo-Pasifik adalah kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, menyumbang dua pertiga dari pertumbuhan ekonomi global selama lima tahun terakhir dan menampung separuh populasi dunia, kata Blinken.
Apa yang penting di kawasan itu penting di seluruh dunia dan tantangan seperti perubahan iklim dan COVID-19 tidak dapat ditangani oleh negara mana pun sendirian, katanya.
“Lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan kemitraan, kita membutuhkan aliansi, kita membutuhkan koalisi negara-negara yang bersedia mengerahkan upaya, sumber daya, pikiran mereka untuk mengatasi masalah ini,'' kata Blinken.
''Yang benar-benar mendorong kita adalah visi bersama tentang masyarakat yang bebas dan terbuka,'' tambahnya.
Perjalanan Blinken dirancang untuk menegaskan komitmen Amerika di Asia dan niatnya untuk melawan peningkatan keagresifan Tiongkok di kawasan itu. Ia juga akan mengunjungi Fiji dan membahas keprihatinan mendesak tentang Korea Utara dengan rekan-rekannya dari Jepang dan Korea Selatan di Hawaii.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, yang akan memimpin pertemuan Quad, mengatakan agendanya akan mencakup distribusi vaksin COVID-19, teknologi-teknologi siber dan penting, melawan disinformasi yang berbahaya, terorisme, keamanan maritim, dan perubahan iklim. [ab/uh]