Dalam jumpa pers dengan Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memuji kesepakatan antara Israel dan Lebanon yang akan mengakhiri sengketa perbatasan maritim di antara kedua negara tersebut. Dia mengatakan, kesepakatan itu “memajukan visi Presiden Biden tentang kawasan yang damai, terintegrasi dan makmur.”
Kesepakatan itu, yang dicapai setelah berlangsungnya pembicaraan selama berbulan-bulan yang dimediasi oleh AS, akan menjadi terobosan besar dalam hubungan antara Israel dan Lebanon, yang secara resmi telah berperang sejak pendirian negara Israel pada tahun 1948.
“Ini adalah perkembangan yang signifikan. Perjanjian ini bagus untuk keamanan Israel, bagus untuk kemakmuran Israel. Ini juga bagus untuk keamanan dan kemakmuran Lebanon,” katanya.
“(Perjanjian) ini akan menguntungkan kawasan dan pada akhirnya menguntungkan seluruh dunia dengan sumber energi baru yang sangat signifikan yang akan dipasarkan pada tahun-tahun mendatang.”
Namun, kesepakatan itu masih menghadapi beberapa kendala, termasuk tantangan hukum dan politik di Israel.
Israel menyambut baik kesepakatan itu bahkan sebelum AS membuat tanggapan mengenai perjanjian tersebut.
Para pemimpin Lebanon tidak membuat pengumuman resmi, tetapi mengindikasikan bahwa mereka akan menyetujui perjanjian tersebut.
Lebanon dan Israel sama-sama mengklaim wilayah seluas sekitar 860 kilometer persegi di Laut Mediterania. Hal yang dipertaruhkan dalam persengketaan wilayah tersebut adalah hak atas pemanfaatan cadangan gas alam bawah laut.
Lebanon berharap eksplorasi gas akan membantu mengangkat negaranya keluar dari krisis ekonomi yang semakin memburuk. Israel juga berharap untuk mengeksploitasi cadangan gas sambil juga meredakan ketegangan dengan negara tetangganya di sebelah utara itu. [lt/rs]
Forum