Partai-partai sayap kiri Prancis yang diremajakan tampaknya mendapatkan dukungan dari sekutu tengah Presiden Emmanuel Macron menjelang pemilihan parlemen akhir bulan ini. Keadaan itu meningkatkan kekhawatiran bagi partai yang berkuasa bahwa mereka bisa gagal mendapatkan mayoritas.
Sebuah jajak pendapat baru, yang diterbitkan Rabu (1/6) malam oleh kelompok Ifop-Fiducial, mengisyaratkan koalisi Macron (“Bersama”) akan memenangkan 275-310 kursi dalam pemungutan suara, mungkin di bawah 289 yang dibutuhkan untuk mayoritas.
Putaran pertama akan diadakan pada 12 Juni dan putaran kedua seminggu kemudian pada 19 Juni. Setelah itu bentuk parlemen baru akan mulai jelas.
Sebuah kelompok baru partai-partai sayap kiri yang dipimpin oleh pemimpin ekstrem kiri Jean-Luc Melenchon terlihat membuat kemajuan besar dengan 170-205 kursi, menurut jajak pendapat tersebut.
“Kami menganggapnya serius karena di media dan dalam jajak pendapat, satu-satunya orang yang ada, selain mayoritas presiden, adalah Jean-Luc Melenchon,” kata anggota parlemen senior dari partai berkuasa Aurore Berge kepada televisi France 2, Kamis (2/6).
Dia mengatakan koalisi baru “telanjang” pimpinan Melenchon, yang mencakup Partai Hijau, Sosialis dan Komunis, adalah satu-satunya alternatif yang “kuat dan kredibel,” tambahnya.
Prancis tidak memiliki presiden dan mayoritas parlemen dari partai-partai yang berlainan sejak 1997-2002 ketika presiden sayap kanan Jacques Chirac harus bekerja dengan Perdana Menteri Sosialis Lionel Jospin.
Sebuah jajak pendapat baru hari Jumat oleh kelompok BVA menemukan bahwa hanya 35 persen pemilih yang menginginkan Macron memiliki mayoritas. Temuan itu mencerminkan sifat pemilih yang sangat retak. [lt/uh]