Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem di sekitar Selat Sunda, dekat Gunung Anak Krakatau, Reuters melaporkan, Rabu (26/12).
Sementara itu, cuaca buruk hari ini menghambat upaya tim SAR untuk mengevakuasi korban dan warga yang terdampar di pulau-pulau terpencil.
Masyarakat diminta menjauh dari sekitar wilayah pantai dan pesisir, yang akhir pekan lalu diterjang tsunami yang menewaskan lebih dari 400 orang. Cuaca buruk di sekitar Gunung Anak Krakatau akan membuat kawah menjadi lebih rawan longsor, kata BMKG.
“Kami telah mengembangkan sistem monitoring yang fokus pada getaran vulkanis Anak Krakatau sehingga kami bisa mengeluarkan peringatan dini,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, seperti dikutip dari Reuters.
Dwikorita menambahkan zona aman sejauh dua kilometer sudah diberlakukan.
Tsunami yang menghantam kawasan pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) malam terjadi setelah sekitar 64 hektare bagian Anak Krakatau atau sama dengan luas 90 lapangan bola, longsor ke laut, menurut laporan Reuters.
Hingga saat ini korban jiwa akibat tsunami Selat Sunda sudah mencapai 429 orang. Setidaknya 154 orang masih dinyatakan hilang, lebih dari 1.400 mengalami luka-luka dan ribuan mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Evakuasi Terhambat Hujan
Tim SAR berhasil mengevakuasi warga yang terjebak di pulau-pulau terpencil di sekitar Selat Sunda dan berusaha mencapai wilayah-wilayah yang terisolasi setelah tsunami. Tapi hujan deras menghalangi upaya evakuasi dan menambah penderitaan para pengungsi, kantor berita AFP melaporkan, Rabu.
“Hujan lebat menyebabkan sungai meluap dan menimbulkan banjir di beberapa titik di Labuan Pandeglang Banten,” kata Sutopo Purwo Nugroho, kepala pusdatin dan humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Twitter.
“Kondisi ini menyebabkan gangguan dalam proses evakuasi dan penanganan pengungsi,” tambahnya.
BNPB sudah mengirimkan helikopter untuk mengirimkan bantuan kepada masyarakat di beberapa kawasan yang masih sulit dijangkau. Ratusan warga yang masih terjebak di pulau-pulau kecil di sekitar Selat Sunda sudah dievakuasi melalui udara atau menggunakan kapal-kapal laut ke tempat-tempat penampungan.
Trauma
Ratusan petugas Palang Merah Indonesia dan para relawan mengirimkan air bersih, selimut, kain terpal dan barang-barang lainnya, serta mobil-mobil layanan medis.
“Tim kami menyaksikan banyak korban patah tulang dan kerusakan rumah, serta orang-orang yang masih terguncang,” kata Arifin Hadi, kepala divisi penanggulangan bencana PMI, seperti dikutip dari AFP.
“Warga Indonesia sudah bertahan menghadapi serangkaian bencana tahun ini. Banyak sekali kehilangan dan kesedihan.”
Tsunami di Selat Sunda adalah bencana alam besar ketiga dalam enam bulan. Sebelumnya, Lombok diguncang serangkaian gempa kuat pada Juli dan Agustus. Gempa Lombok baru usai, kemudian diikuti dengan tsunami akibat gempa di Palu pada September yang menewaskan 2.200 orang, dengan ribuan masih hilang dan diduga sudah meninggal.[ft]