Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan berdasarkan analisis dinamika atmosfer pada Rabu (22/12) pukul 07.00 WIB, Pusat Peringatan Dini Siklon Tropis (TCWC) Jakarta, mengidentifikasi adanya peningkatan potensi pembentukan pola sirkulasi siklonal (pusaran angin).
Pola sirkulasi tersebut ditengarai dapat meningkat menjadi suspect area potensi bibit siklon tropis di sekitar perbatasan wilayah laut Timor dan Arafura atau sekitar perairan selatan Kepulauan Tanimbar dalam dua hari ke depan. Hal itu terjadi seiring dengan menguatnya pola sirkulasi dan kecepatan angin sistem tersebut.
“Suspect area tersebut mempunyai kecenderungan pergerakan ke arah selatan hingga barat daya menuju wilayah perairan utara Australia. Dalam 72 jam ke depan suspect area diperkirakan akan menguat cukup signifikan terutama di hari Sabtu (25/12) dan Minggu (26/12) ditandai dengan menguatnya pola sirkulasi dan kecepatan angin diatas 25 knot,” jelas Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Rabu (22/12) yang disiarkan melalui kanal YouTube BMKG.
BMKG memprediksi suspect area atau pusat tekanan rendah yang saat ini berada di Laut Timor akan menjadi siklon tropis pada periode 24-25 Desember 2021, dengan kemungkinan pusat sistemnya sudah berada di wilayah Australia.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab, menjelaskan tahap-tahap awal pembentukan bibit siklon tropis perlu menjadi kewaspadaan karena berdampak pada cuaca di Indonesia.
“Tipikal pusat tekanan rendah atau suspect area di selatan itu dampak ke Indonesia justru di tahap awal. Ketika sudah jadi siklon, siklonnya sudah jauh, sudah tidak signifikan dampaknya ke Indonesia, tapi bibit-bibitnya, tahap awalnya justru sekarang ini apa yang perlu menjadi kewaspadaan,” jelasnya.
BMKG menyampaikan peringatan dini khusus yang berlaku mulai 23 hingga 26 Desember 2021 berupa potensi hujan sedang hingga lebat di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Maluku. Angin kencang juga berpotensi terjadi di Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
Potensi tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter di Laut Seram, Perairan Kaimana, Perairan Kepulauan Aru, Perairan Kepulauan Sermata hingga Tanimbar, Perairan Amamapare hingga Agats bagian utara dan Laut Arafura.
Potensi gelombang 2,5 hingga 4 meter di Laut Flores bagian timur, perairan selatan Baubau hingga Kepulauan Wakatobi, Laut Banda, Perairan Selatan Pulau Buru hingga Pulau Seram, Perairan Kepulauan Kai dan Perairan Fakfak.
Adaptasi Bagi Nelayan
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, menilai perlu ada upaya adaptasi, khususnya bagi para pelaku pelayaran dan masyarakat nelayan untuk menambatkan kapal dan perahu jauh dari dinding pelabuhan.
“Tidak disarankan untuk menambatkan di dinding-dinding pelabuhan yang ketika ada peningkatan angin kencang itu bisa membenturkan kapal-kapal kita di dinding pelabuhan yang akan menyebabkan kerusakan,” ujarnya.
Selain itu masyarakat nelayan juga diimbau agar penempatan penambatan perahu dilakukan dalam jarak yang aman satu sama lain untuk menghindari terjadinya benturan saat terjadi angin kencang.
BMKG mengimbau agar masyarakat menghindari kegiatan pelayaran di perairan yang terdampak gelombang tinggi. Selain itu juga menghindari daerah rentan mengalami bencana, seperti di lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang dan tepi pantai. Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi dampak seperti banjir, banjir bandang, banjir pesisir, tanah longsor, terutama di daerah rentan. [yl/em]