BMW mengumumkan pada Selasa (10/9) bahwa pihaknya menarik kembali atau recall sekitar 1,5 juta kendaraan karena masalah pada rem dan memangkas proyeksi bisnisnya untuk tahun ini, sehingga membuat saham produsen mobil mewah Jerman tersebut anjlok. Penarikan kembali ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap penjualan di seluruh dunia pada paruh kedua tahun ini, kata grup yang juga menaungi merek Rolls-Royce dan Mini. BMW mengatakan dampak finansial dalam tiga bulan hingga akhir September akan berada pada kisaran "tiga digit juta" euro. Penarikan kembali itu merupakan tambahan berita buruk bagi BMW, yang terpukul oleh melemahnya permintaan China bagi sektor otomotif Jerman secara umum setelah Volkswagen mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan langkah yang belum pernah diambil sebelumnya, yaitu penutupan pabrik di Jerman. Sistem pengereman di balik masalah ini dipasok oleh Continental, kata seorang sumber yang mengetahui dekat masalah tersebut kepada kantor berita AFP. Selain dampak penarikan tersebut, "permintaan yang lesu di China mempengaruhi volume penjualan. Meskipun ada langkah-langkah stimulus dari pemerintah, sentimen konsumen masih lemah," kata BMW dalam sebuah pernyataan. BMW, yang berkantor pusat di Munich, kini memperkirakan pengiriman kendaraan akan sedikit menurun pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya, BMW memproyeksikan akan ada sedikit peningkatan dalam pengiriman kendaraan. Namun, BMW tidak memberikan angka pastinya. Pada 2023 pengiriman kendaraan BMW, Rolls-Royce dan Mini mencapai 2,56 juta. Produsen mobil tersebut juga memangkas panduan perolehan laba dan memperkirakan margin tahun ini antara enam dan tujuh persen, turun dari antara delapan persen hingga 10 persen sebelumnya. Saham pembuat mobil itu anjlok sembilan persen di Bursa Efek Frankfurt setelah pengumuman tersebut. Bulan lalu BMW juga menarik kembali 1,4 juta kendaraan di China karena masalah kantong udara atau airbag, regulator pasar negara tersebut mengumumkan. BMW melaporkan penurunan laba bersih pada kuartal kedua, karena dampak dari bisnis di China yang lebih buruk dan biaya produksi yang lebih tinggi. Laba bersih grup ini turun 8,6 persen menjadi 2,7 miliar euro (setara 46 triliun rupiah) antara April dan Juni, disebabkan oleh penurunan pendapatan sebesar 0,7 persen menjadi sedikit di bawah 37 miliar euro (sekitar 631.14 triliun rupiah). [ft/es] |
Frankfurt, Jerman —
Terkait
Paling Populer
1
Forum