Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan gempa bumi magnitudo 5,8 yang mengguncang Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (8/6) pukul 13.32 WITA, menyebabkan 17 orang mengalami luka-luka. Selain itu, gempa juga menimbulkan kerusakan berat pada sekitar 70 unit bangunan rumah warga yang merupakan data sementara. Namun demikian tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Pemerintah akan memberlakukan masa tanggap darurat untuk pendataan dan penanganan dampak gempa tersebut.
“Tanggap darurat dilaksanakan paling tidak tiga hari sampai satu minggu. Di situ akan dilakukan pendataan yang utama adalah jiwa manusia. Keselamatan warga Sulawesi Barat menjadi prioritas. Yang luka-luka akan dirawat, kemudian masyarakat yang mengungsi diyakinkan kebutuhan dasarnya dipenuhi,” kata Letjen TNI Suharyanto seusai meninjau kondisi warga yang mengungsi di stadion Manakarra, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (9/6) sore.
BNPB melaporkan gempa bumi magnitudo (M) 5,8 yang berpusat di koordinat 2,77° LS ; 118,56° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 26 kilometer arah Barat Tapalang Barat, Mamuju, Sulawesi Barat itu menyebabkan 7.670 jiwa warga Kabupaten Mamuju mengungsi di tiga lokasi, yaitu di Stadion Manakarra, Kantor Bupati Mamuju dan Kantor TVRI Sulawesi Barat. Warga mengungsi karena khawatir terjadi gempa susulan dan potensi ancaman tsunami.
Situasi serupa juga terjadi di Kabupaten Majene dengan jumlah kurang lebih 7.650 pengungsi yang mendirikan terpal berwarna biru dan oranye di beberapa titik tidak jauh dari pemukiman mereka di pelataran masjid Deking dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Tinggi.
“Artinya setiap terjadi gempa memang selalu ada gempa susulan tetapi Alhamdulillah gempa susulan yang terjadi setelah terjadi gempa utama, 5,8 itu relatif lebih kecil. Sehingga ini kami imbau kepada masyarakat jangan panik,” jelas Letjen Suharyanto yang juga mengimbau secara lambat laun warga dapat kembali ke rumah masing-masing.
Layani Masyarakat, Aparatur Sipil Negara Tidak Diliburkan
Bupati Kabupaten Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi yang berbicara kepada wartawan di Stadion Manakkara menjelaskan kegiatan pemerintahan tetap berjalan seperti biasa, utamanya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pascagempa bumi.
“Saya memerintahkan Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak ada libur, pelayanan tetap kita berikan untuk masyarakat. Rumah sakit saya perintahkan, walaupun dalam kondisi di tenda mereka melakukan pelayanan tapi namanya untuk masyarakat tidak ada yang diliburkan,” jelas Sitti Sutinah.
Namun demikian pihaknya mengambil kebijakan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah hingga Sabtu (11/6).
Pemerintah Kabupaten Mamuju telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama tujuh hari sejak tanggal 8 Juni hingga 14 Juni 2022. Berdasarkan hasil kaji cepat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju, dampak gempa bumi mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi layanan umum di lima kecamatan yaitu Kecamatan Mamuju, Simboro, Tapalang, Tapalang Barat dan kecamatan Kalukku.
Empat Kali Gempa Susulan
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG), Daryono di akun media sosial Facebook, Rabu (8/6) menjelaskan gempa Mamuju magnitudo 5,8 merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif dasar laut di lepas pantai Mamuju.
Hasil analisis mekanisme gempa menunjukkan bahwa gempa Mamuju ini memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
“Patut disyukuri bahwa hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa Mamuju ini tidak berpotensi tsunami karena di samping mekanismenya geser juga karena magnitudonya yang belum cukup kuat untuk menimbulkan deformasi yang dapat mengganggu kolom air laut,” tulis Daryono.
Hasil monitoring BMKG hingga Kamis (9/6) terdapat empat kali gempa susulan (aftershocks). Gempa susulan terakhir yang tercatat pada 9 Juni pukul 01.42 WITA berkuatan magnitudo 4,2.
Catatan sejarah gempa BMKG menunjukkan sejak 1915 di pesisir Sulawesi Barat sudah terjadi 9 gempa merusak dan tsunami yang membuat wilayah pesisir itu sebagai salah satu kawasan yang paling aktif dengan gempa destruktif di Sulawesi. [yl/lt]