Pejabat Birma menyatakan paling sedikit sembilan orang tewas setelah tiga bom meledak di tengah perayaan Tahun Baru di kota utama Birma, Rangoon, hari Kamis.
Televisi pemerintah menyatakan jumlah korban tewas delapan orang. Disebutkan pula, 94 orang luka-luka akibat ledakan yang terjadi saat berlangsung festival air tahunan di tepi Danau Kandawgyi.
Belum ada yang mengaku bertanggungjawab atas ledakan tersebut.
Birma dilanda pemboman sporadis dalam beberapa tahun belakangan ini, dimana junta menuding pelaku serangan adalah kelompok-kelompok anti pemerintah atau pemberontak etnis yang menginginkan otonomi di Birma.
Ledakan Kamis ini terjadi sementara Birma mempersiapkan pemilu tahun ini yang dianggap para pengecam sebagai kedok untuk mempertahankan kekuasaan militer. Birma diperintah militer sejak tahun 1962.
Pada hari Rabu, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika untuk Urusan Asia Timur Kurt Campbell mengatakan Amerika kecewa atas penolakan Birma untuk melakukan perubahan demokrasi sebelum pemilu. Menurut Campbell, Amerika telah menyampaikan keprihatinan itu langsung kepada para pemimpin Birma.
Juru bicara pemerintahan Birma di pengasingan, Zin Linn mengatakan banyak kelompok bersenjata menentang pemilu yang kontroversial tersebut dan ledakan itu adalah peringatan akan kerusuhan sipil jika pemilu dilaksanakan.