Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam empat kuartal terakhir konsisten di atas lima persen. Terakhir, BPS mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen pada kuartal III-2022 secara tahunan. Menurut Margo, tren ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional menuju ke arah pemulihan dan terus menguat.
"Ini tentu saja merupakan prestasi dari seluruh masyarakat Indonesia, di tengah terpaan kondisi global yang semakin tidak menentu," jelas Margo Yuwono dalam konferensi pers daring, Senin (7/11/2022).
Margo menambahkan ada lima sektor yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional yaitu industri, pertambangan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi. Kendati demikian, terdapat satu sektor yang tidak tumbuh pada kuartal tiga yaitu jasa kesehatan yang mengalami kontraksi 1,74 persen. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan insentif kesehatan dan insentif bagi tenaga kesehatan dibandingkan periode sama sebelumnya.
Sedangkan dari pengeluaran, Margo menyebut penyumbang utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh positif. Begitu pula dengan komponen ekspor-impor yang mengalami pertumbuhan karena didorong komoditas unggulan seperti batu bara, hasil minyak dan gas alam. Namun, sebaliknya untuk konsumsi pemerintah mengalami kontraksi.
"Kenapa pemerintah mengalami kontraksi 2,88 persen. Antara lain karena penurunan realisasi belanja barang dan jasa APBN," tambahnya.
Di sisi lain, Margo menjelaskan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan sejumlah lembaga seperti IMF akan melambat dari enam persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022. Sedangkan inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7 persen pada 2021 menjadi 8,8 persen pada 2022.
Meskipun ekonomi sejumlah negara yang menjadi mitra dagang utama seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa masih mengalami pertumbuhan di bawah empat persen.
"Kalau dilihat dari mitra dagang utama Indonesia, di triwulan ketiga semua mengalami pertumbuhan. Tertinggi Vietnam tumbuh 13,7 persen. Tentu saja ini akan berpengaruh kepada perdagangan."
Pengamat Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Melambat di Kuartal 4
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai wajar pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini. Sebab, kuartal yang sama pada tahun lalu terjadi gelombang kasus COVID-19 sekitar 26 ribu kasus dan terdapat pembatasan sosial yang ketat. Sehingga wajar ekonomi menjadi tumbuh di saat mobilitas warga dilonggarkan.
"Masalahnya indikator yang terkesan positif bisa berbalik arah di kuartal berikutnya dengan kenaikan tingkat inflasi, suku bunga pinjaman, tekanan biaya produksi manufaktur dan pelemahan kurs rupiah," jelas Bhima kepada VOA, Senin (7/11/2022).
Bhima menjelaskan terdapat sejumlah sektor yang masih bisa diandalkan untuk menjadi pendorong pertumbuhan seperti sektor informasi dan komunikasi, perdagangan, konstruksi, dan pertanian. Namun, ia mengingatkan pemerintah untuk tidak lengah dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022.
"Proyeksi kuartal 4 pertumbuhan berisiko melambat secara tahunan ke 4,6 persen secara tahunan. Selain konsumsi domestik, faktor harga komoditas dan serapan belanja pemerintah cukup menentukan," pungkasnya. [sm/em]
Forum