JAKARTA —
Pada bulan April 2014 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen. Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik, BPS, Suryamin di Jakarta, Jumat. Dari 82 kota yang disurvei BPS tercatat 39 kota mengalami deflasi dan 43 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura dan deflasi terendah terjadi di Lhokseumawe. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang dan inflasi terendah terjadi di Jember serta Samarinda.
“Penyebab utama deflasi yang pertama cabai merah, yang kedua beras, yang ketiga adalah bayam, kemudian kangkung, kemudian bawang merah. Sementara penghambat utama deflasi tarif angkutan udara, yang kedua daging ayam ras, yang ketiga minyak goreng, dan yang terakhir adalah tarif sewa rumah,” kata Suryamin.
Deflasi pada bulan April merupakan yang pertama sepanjang tahun 2014 karena sejak Januari hingga Maret terjadi inflasi. BPS mencatat sejak Januari hingga April 2014 terjadi inflasi sebesar 1,39 persen.
Dalam kesempatan berbeda Hatta Rajasa mengatakan pemerintah sudah mengantisipasi pasokan pangan sepanjang bulan April karena dikhawatirkan akan terganggu dengan adanya penyelenggaraan pemilu legislatif. Namun ternyata ditambahkan Menko Hatta Rajasa proses pemilu berjalan lancar sehingga tidak berdampak negatif terhadap sektor pangan.
“Stabilitas harga terjaga dan pasokan-pasokan dunia juga tidak memberikan tekanan-tekanan berarti dan ini diantisipasi dengan baik menteri pertanian dan menteri perdagangan,” ungkap Hatta Rajasa.
Sementara menurut Menteri Pertanian, Suswono, pemerintah akan terus menjaga sektor pangan agar stok dan kebutuhan seimbang bahkan surplus. Upaya tersebut ditambahkan Menteri Suswono, termasuk menyediakan anggaran untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan iklim secara ekstrim.
“Kan ada anggaran dana Rp 2 trilyun untuk antisipasi iklim ekstrim, yang kemungkinan bisa berubah,” kata Menteri Suwono.
Target inflasi 2014 sebesar 5 persen dan pemerintah tidak ingin inflasi 2014 seperti tahun lalu melonjak hingga 8,38 persen, padahal target semula sebesar 5 persen. Target tersebut kemudian direvisi menjadi 6 persen akibat dampak gejolak ekonomi global.
“Penyebab utama deflasi yang pertama cabai merah, yang kedua beras, yang ketiga adalah bayam, kemudian kangkung, kemudian bawang merah. Sementara penghambat utama deflasi tarif angkutan udara, yang kedua daging ayam ras, yang ketiga minyak goreng, dan yang terakhir adalah tarif sewa rumah,” kata Suryamin.
Deflasi pada bulan April merupakan yang pertama sepanjang tahun 2014 karena sejak Januari hingga Maret terjadi inflasi. BPS mencatat sejak Januari hingga April 2014 terjadi inflasi sebesar 1,39 persen.
Dalam kesempatan berbeda Hatta Rajasa mengatakan pemerintah sudah mengantisipasi pasokan pangan sepanjang bulan April karena dikhawatirkan akan terganggu dengan adanya penyelenggaraan pemilu legislatif. Namun ternyata ditambahkan Menko Hatta Rajasa proses pemilu berjalan lancar sehingga tidak berdampak negatif terhadap sektor pangan.
“Stabilitas harga terjaga dan pasokan-pasokan dunia juga tidak memberikan tekanan-tekanan berarti dan ini diantisipasi dengan baik menteri pertanian dan menteri perdagangan,” ungkap Hatta Rajasa.
Sementara menurut Menteri Pertanian, Suswono, pemerintah akan terus menjaga sektor pangan agar stok dan kebutuhan seimbang bahkan surplus. Upaya tersebut ditambahkan Menteri Suswono, termasuk menyediakan anggaran untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan iklim secara ekstrim.
“Kan ada anggaran dana Rp 2 trilyun untuk antisipasi iklim ekstrim, yang kemungkinan bisa berubah,” kata Menteri Suwono.
Target inflasi 2014 sebesar 5 persen dan pemerintah tidak ingin inflasi 2014 seperti tahun lalu melonjak hingga 8,38 persen, padahal target semula sebesar 5 persen. Target tersebut kemudian direvisi menjadi 6 persen akibat dampak gejolak ekonomi global.