Kepala Eksekutif SoftBank Group Jepang, Masayoshi Son, akan menghadapi pertanyaan mengenai ketergantungan perusahaan telekomunikasi Jepang itu dengan pendanaan Arab Saudi pada Senin (5/11), Reuters melaporkan.
Ini merupakan kemunculan perdana Son sejak tragedi pembunuhan wartawan oleh pasukan keamanan Saudi yang memicu kemarahan global.
Saat menampilkan laporan keuangan kuartal ketiga Softbank, Juni-September, Son ingin meredakan kekhawatiran terhadap bisnis telekomunikasi domestik perusahaan itu, menjelang rencana penawaran umum perdana.
Menurut Reuters, penawaran umum perdana Softbank, yang diperkirakan akan menjadi yang terbesar di dunia, terjadi pada saat industri telekomunikasi Jepang menghadapitekanan pemerintah untuk memotong harga.
Arab Saudi adalah investor terbesar dalam Dana Vision Softbank senilai $93 miliar, memberikan Son kekuatan untuk berinvestasi di perusahan-perusahaan rintisan seperti penyedia jasa ruang kantor bersama WeWork Cos dan jaringan hotel OYO hotel. Namun, munculnya inisiden pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi, pendanaan tersebut dilihat sebagai risiko bagi rencana SoftBank untuk mengumpulkan pendanaan.
Khashoggi, wartawan yang kritis terhadap kebijakan Saudi, dibunuh pada awal bulan lalu di konsulat Saudi, Istanbul. Pada Jumat (2/11), Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengatakan bahwa perintah pembunuhan Khashoggi berasal dari “jabatan tertinggi” dari pemerintahan Saudi, seperti yang dilaporkan Reuters.
Son dan eksekutif global lainnya membatalkan rencana untuk tampil sebagai pembicara dalam konferensi investasi yang diadakan oleh Kerajaan Arab Saudi beberapa minggu setelah tragedi tersebut.
Untuk saat ini ada beebrapa tanda hubungan Saudi dengan SoftBank yang menghalangi startups menerima modal Dana Vision.
IPO secara keseluruhan diharapkan untuk dapat menarik investor ritel kas Jepang yang tertarik pada citra SoftBank sebagai perusahaan teknologi yang sukses dengan prospek keuntungan yang stabil.[vp/ft]