RAKHINE, BURMA —
Wartawan VOA mengunjungi desa-desa di negara bagian Rakhine, di mana kekerasan minggu ini telah menewaskan enam warga Muslim, selengkapnya disampaikan Made Yoni. Para saksi mengatakan bentrokan sektarian melanda desa Hta Pyu Chai sewaktu warga Budha membakar sebagian besar lingkungan Muslim.
Ketika Tun Tun Naing yang berusia 17 tahun keluar dari persembunyian, ia mendapati jenazah ayahnya di kubangan dekat masjid desa itu yang masih terbakar. Ayahnya, Khin Naing ditebas sampai tewas dengan golok, dibunuh oleh warga Budha yang datang dari kota membakar rumah-rumah warga Muslim sehari sebelumnya.
Desa itu hanya beberapa kilometer jauhnya dari apa yang dianggap sebagai pantai wisata yang paling terkenal, dekat kota Thandwe.
Di sana beberapa hari sebelumnya, para saksi mengatakan seorang politisi Muslim dari etnis Kaman bernama Kyaw Zan Hla terlibat perdebatan mengenai sepeda motor yang diparkir sembarangan. Ia kemudian ditangkap karena dianggap menghina warga Budha.
Warga Budha lainnya kemudian berkumpul, mempersenjatai diri dengan ketapel, golok dan senjata buatan lainnya dan menuju desa-desa Muslim di dekatnya dan mulai membakar sejumlah rumah.
Para saksi mengatakan mereka tidak mengenali gerombolan yang membakar puluhan rumah di tiga desa.
Kekerasan itu tidak menarik perhatian para wisatawan yang tinggal di tempat-tempat peristirahatan tepi pantai di dekatnya. Seorang manajer hotel mengatakan tamunya bahkan tidak tahu mengenai bentrokan itu.
Presiden Thein Sein melakukan kunjungan pertamanya ke negara bagian Rakhine sewaktu kekerasan itu terjadi. Ia mengunjungi Sittwe, Maungdaw dan Kyaukpyu di mana insiden serupa terjadi. Ia tiba di Thandwe 2 Oktober sementara desa-desa di dekatnya terus terbakar.
Kedutaan Amerika di Rangoon mengeluarkan pernyataan mengecam kekerasan itu.
Insiden kekerasan beramai-ramai yang serupa telah terjadi sejak Juni 2012. Konflik tersebut umumnya menyangkut warga Budha melawan warga Muslim tetangganya.
Ketika Tun Tun Naing yang berusia 17 tahun keluar dari persembunyian, ia mendapati jenazah ayahnya di kubangan dekat masjid desa itu yang masih terbakar. Ayahnya, Khin Naing ditebas sampai tewas dengan golok, dibunuh oleh warga Budha yang datang dari kota membakar rumah-rumah warga Muslim sehari sebelumnya.
Desa itu hanya beberapa kilometer jauhnya dari apa yang dianggap sebagai pantai wisata yang paling terkenal, dekat kota Thandwe.
Di sana beberapa hari sebelumnya, para saksi mengatakan seorang politisi Muslim dari etnis Kaman bernama Kyaw Zan Hla terlibat perdebatan mengenai sepeda motor yang diparkir sembarangan. Ia kemudian ditangkap karena dianggap menghina warga Budha.
Warga Budha lainnya kemudian berkumpul, mempersenjatai diri dengan ketapel, golok dan senjata buatan lainnya dan menuju desa-desa Muslim di dekatnya dan mulai membakar sejumlah rumah.
Para saksi mengatakan mereka tidak mengenali gerombolan yang membakar puluhan rumah di tiga desa.
Kekerasan itu tidak menarik perhatian para wisatawan yang tinggal di tempat-tempat peristirahatan tepi pantai di dekatnya. Seorang manajer hotel mengatakan tamunya bahkan tidak tahu mengenai bentrokan itu.
Presiden Thein Sein melakukan kunjungan pertamanya ke negara bagian Rakhine sewaktu kekerasan itu terjadi. Ia mengunjungi Sittwe, Maungdaw dan Kyaukpyu di mana insiden serupa terjadi. Ia tiba di Thandwe 2 Oktober sementara desa-desa di dekatnya terus terbakar.
Kedutaan Amerika di Rangoon mengeluarkan pernyataan mengecam kekerasan itu.
Insiden kekerasan beramai-ramai yang serupa telah terjadi sejak Juni 2012. Konflik tersebut umumnya menyangkut warga Budha melawan warga Muslim tetangganya.