Di Pakistan, serangan bom terhadap bis yang membawa pegawai pemerintah telah menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai puluhan lainnya di kota Peshawar yang dilanda pemberontakan.
Kekerasan hari Jumat terjadi beberapa hari setelah sepasang pembom bunuh diri menyerang gereja di kota yang sama dan menewaskan lebih dari 80 warga minoritas Kristen di negara itu.
Saksi dan pejabat Pakistan mengatakan bis penuh sesak itu sedang melewati pinggiran Peshawar ketika sebuah bom menggunakan remote control meledak. Ada sejumlah orang yang berada di atap bus.
Seorang saksi mengatakan kepada wartawan ia sedang menyetir di belakang bus itu ketika ledakan kuat merobek bagian belakang bis dan mereka yang duduk di atap bis terlempar ke samping.
Perempuan termasuk di antara para korban, dan sumber rumah sakit mengatakan beberapa orang terluka parah.
Kepala provinsi dari pasukan penjinak bom, Shafqat Malik, mengatakan penyelidikan awal menunjukkan perangkat bom rakitan dipasang di belakang bus itu.
Malik mengatakan polisi menyita kemasan IED dari tempat kejadian dan bagian perangkat remote control, bukti itu menyebabkan para ahli menyimpulkan bahwa hingga 15 kilogram bahan peledak digunakan .
Ledakan hari Jumat merupakan ledakan bom maut kedua di Peshawar dalam seminggu. Minggu lalu, sepasang pembom bunuh diri menarget sebuah gereja di pusat kota ketika jemaat tengah mengakhiri kebaktian. Serangan itu menewaskan lebih dari 80 Kristiani yang minoritas.
Kelompok Islamis yang dilarang, Tehreek - e - Taliban Pakistan atau TTP, diduga berada di balik serangan itu. Para anggotanya telah melakukan ratusan serangan bunuh diri dan serangan teroris lainnya yang mematikan di seluruh negeri dalam beberapa tahun terakhir dan menewaskan ribuan orang.
Selama hampir satu dekade, tentara Pakistan telah mencoba untuk menghancurkan markas TTP di distrik kesukuan barat laut yang berbatasan dengan Afghanistan. Operasi anti militansi tampaknya gagal membubarkan kelompok itu. Perdana Menteri yang baru terpilih Nawaz Sharif telah berjanji untuk memecahkan masalah militansi melalui cara damai daripada kekuatan militer.
Setelah serangan-serangan ekstremis terus berlanjut, kebijakan Nawaz Sharif yang melibatkan militan Taliban dalam pembicaraan damai, dikecam keras di Pakistan dan banyak pengecam yakin bertambahnya tekanan bisa mendorong pemerintah Pakistan untuk meninjau kembali strategi itu.
Kekerasan hari Jumat terjadi beberapa hari setelah sepasang pembom bunuh diri menyerang gereja di kota yang sama dan menewaskan lebih dari 80 warga minoritas Kristen di negara itu.
Saksi dan pejabat Pakistan mengatakan bis penuh sesak itu sedang melewati pinggiran Peshawar ketika sebuah bom menggunakan remote control meledak. Ada sejumlah orang yang berada di atap bus.
Seorang saksi mengatakan kepada wartawan ia sedang menyetir di belakang bus itu ketika ledakan kuat merobek bagian belakang bis dan mereka yang duduk di atap bis terlempar ke samping.
Perempuan termasuk di antara para korban, dan sumber rumah sakit mengatakan beberapa orang terluka parah.
Kepala provinsi dari pasukan penjinak bom, Shafqat Malik, mengatakan penyelidikan awal menunjukkan perangkat bom rakitan dipasang di belakang bus itu.
Malik mengatakan polisi menyita kemasan IED dari tempat kejadian dan bagian perangkat remote control, bukti itu menyebabkan para ahli menyimpulkan bahwa hingga 15 kilogram bahan peledak digunakan .
Ledakan hari Jumat merupakan ledakan bom maut kedua di Peshawar dalam seminggu. Minggu lalu, sepasang pembom bunuh diri menarget sebuah gereja di pusat kota ketika jemaat tengah mengakhiri kebaktian. Serangan itu menewaskan lebih dari 80 Kristiani yang minoritas.
Kelompok Islamis yang dilarang, Tehreek - e - Taliban Pakistan atau TTP, diduga berada di balik serangan itu. Para anggotanya telah melakukan ratusan serangan bunuh diri dan serangan teroris lainnya yang mematikan di seluruh negeri dalam beberapa tahun terakhir dan menewaskan ribuan orang.
Selama hampir satu dekade, tentara Pakistan telah mencoba untuk menghancurkan markas TTP di distrik kesukuan barat laut yang berbatasan dengan Afghanistan. Operasi anti militansi tampaknya gagal membubarkan kelompok itu. Perdana Menteri yang baru terpilih Nawaz Sharif telah berjanji untuk memecahkan masalah militansi melalui cara damai daripada kekuatan militer.
Setelah serangan-serangan ekstremis terus berlanjut, kebijakan Nawaz Sharif yang melibatkan militan Taliban dalam pembicaraan damai, dikecam keras di Pakistan dan banyak pengecam yakin bertambahnya tekanan bisa mendorong pemerintah Pakistan untuk meninjau kembali strategi itu.