California menjadi negara bagian pertama di AS yang mencatat lebih dari 3 juta kasus virus corona.
Hingga Selasa, negara bagian berpenduduk 40 juta orang itu telah mencatat 3.015.644 kasus terkonfirmasi, yang mencakup 33.724 kematian, sebut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center.
Menurut Associated Press, perlu waktu 292 hari bagi California, sejak kasus pertama terkonfirmasi pada 25 Januari hingga 11 November, untuk mencatat jumlah 1 juta kasus. Negara bagian itu kemudian mengalami lonjakan drastis kasus baru yang membuat sistem layanan kesehatan di sana di ambang kolaps, kemudian mencatat 2 juta kasus dalam rentang 44 hari, dan 3 juta kasus dalam waktu kurang dari 30 hari.
Tonggak suram ini muncul sementara upaya vaksinasi massal California menghadapi hambatan besar. Pakar epidemiologi California hari Minggu merekomendasikan agar para penyedia layanan imunisasi berhenti menggunakan vaksin Moderna setelah beberapa penerima harus mendapatkan perawatan karena kemungkinan reaksi alergi yang parah.
Pemerintahan mendatang presiden terpilih AS Joe Biden akan membatalkan keputusan Presiden Donald Trump untuk mencabut larangan perjalanan terkait wabah virus corona terhadap sebagian besar nonwarga negara AS yang tiba dari sebagian besar wilayah Eropa dan Brasil, mulai 26 Januari mendatang.
“Tindakan ini merupakan cara terbaik untuk terus melindungi warga Amerika dari COVID-19 sambil mengizinkan perjalanan dimulai kembali dengan aman,” kata Trump dalam pernyataan yang dilansir Gedung Putih.
Namun sekretaris pers presiden terpilih Joe Biden, Jen Psaki, menanggapi beberapa menit kemudian melalui Twitter, dengan menyatakan, “Berdasarkan saran tim medis kami, pemerintah tidak berniat mencabut restriksi-restriksi ini pada 26 Januari. Kenyataannya, kami berencana memperkuat langkah-langkah kesehatan masyarakat terkait perjalanan internasional untuk memitigasi lebih jauh penyebaran COVID-19.”
Pedoman baru yang dikeluarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dijadwalkan mulai berlaku pada 26 Januari. Seluruh penumpang pesawat yang akan memasuki AS diwajibkan untuk menunjukkan bukti tes negatif COVID-19 sebelum terbang.
Juga Senin, satu panel independen yang mengevaluasi penanganan global terhadap pandemi COVID-19 mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan China atas respons mereka terhadap virus corona.
Panel para pakar yang dipimpin mantan PM Selandia Baru Helen Clark dan mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf menyatakan dalam laporan sementara bahwa WHO seharusnya menetapkan keadaan darurat internasional lebih cepat daripada yang dilakukannya pada 30 Januari lalu.
Panel ini juga menyatakan bahwa China seharusnya dapat melakukan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang lebih kuat pada bulan Januari. Panel ini akan mengetengahkan laporan kompletnya pada bulan Mei.
Para pakar di Afrika Selatan menyatakan satu varian baru virus corona yang dideteksi di negara itu akhir tahun lalu ternyata 50 persen lebih mudah menular daripada virus asalnya. Para pakar menyatakan galur baru itu,, menempel lebih kuat dan lebih mudah pada sel-sel manusia.
Galur Afrika Selatan itu adalah satu dari beberapa galur baru yang ditemukan di berbagai penjuru dunia yang memperburuk penyebaran virus. Sekarang ini dunia mencatat lebih dari 95,6 juta kasus di seluruh dunia, termasuk lebih dari 2 juta yang meninggal karena virus corona. [uh/ab]