Halaman belakang rumah Ricardo Barriga di Pirque, Chile, tampak balon unicorn, mainan-mainan, bola sepak, dan teleskop seharga $3.000 atau sekitar IDR 42,7 juta yang dipesan orang tuanya dari Jerman.
Calon astronot berusia 10 tahun itu bisa mengidentifikasi konstelasi-konstelasi di langit selatan, bagian-bagian bulan yang tak terlaku dikenal, planet-planet dan lubang hitam.
Baru-baru ini, dia mengajari teman-teman di sekolahnya cara mengamati benda-benda luar angkasa dengan mengenakan bayaran $4 (IDR 56.890). Harapannya, dia bisa mengumpulkan uang untuk membeli pakaian luar angkasa, kata Barriga seperti dikutip oleh Reuters.
Barriga menganggap dia beruntung karena lahir di Chile, negara Amerika Selatan yang dikenal sebagai surga pengamatan astronomi karena langitnya bersih, iklim padang pasir yang kering dan minim polusi cahaya.
Murid sekolah dasar itu jatuh cinta dengan astronomi ketika dia membaca “bagian A” buku ensiklopedia milik orang tuanya, kata Ricardo.
“Buku itu adalah ensiklopedia dengan berbagai macam informasi,” kata Barriga. “Mimpi saya adalah menjadi astronot dan juga, punya pakaian luar angkasa.”
Orang tua Barriga sudah berjanji akan mengajaknya ke Orlando, Florida di Amerika Serikat untuk mengunjungi Stasiun Luar Angkasa Kennedy milik NASA dekat Cape Canaveral.
“Saya pikir jika saya bisa menjadi astronot, saya bisa bekerja untuk NASA,” katanya.
Sekitar 70 persen investasi global astronomi berada di Chile berkat langitnya yang bersih tak berawan di atas padang pasir utara Atacama, wilayah paling kering di dunia. Dalam lima tahun, negara Amerika Selatan itu akan menjadi rumah bagi tiga dari empat generasi teleskop Bumi berikutnya yang berharga miliaran dolar. [ft/dw]