Tautan-tautan Akses

CCDH: Instagram Gagal Kurangi Ujaran Kebencian terhadap Politisi Perempuan


FILE - Seorang pria berjalan melewati logo aplikasi seluler Instagram, selama konferensi di Mumbai, India, 20 September 2023. (Francis Mascarenhas/REUTERS)
FILE - Seorang pria berjalan melewati logo aplikasi seluler Instagram, selama konferensi di Mumbai, India, 20 September 2023. (Francis Mascarenhas/REUTERS)

Platform media sosial Instagram milik Meta gagal menghapus komentar-komentar kasar yang ditujukan kepada para politisi perempuan yang menjadi calon potensial untuk pemilu Amerika Serikat tahun 2024, menurut sebuah laporan dari lembaga nirlaba Center for Countering Digital Hate (CCDH), Rabu (14/8).

Laporan tersebut menganalisis lebih dari setengah juta komentar di unggahan Instagram oleh lima politisi perempuan dari Partai Demokrat dan lima politisi perempuan dari Partai Republik, termasuk Senator Elizabeth Warren, mantan Ketua DPR Nancy Pelosi, Wakil Presiden dan calon presiden Kamala Harris, Senator Marsha Blackburn, dan anggota DPR Marjorie Taylor Greene.

CCDH menandai lebih dari 20.000 komentar sebagai “beracun”, dengan 1.000 di antaranya berisi pelecehan seksis dan rasis, serta ancaman pembunuhan dan pemerkosaan. Instagram membiarkan 93 persen dari komentar berbahaya tersebut meski telah melanggar aturan kebijakan platform.

Calon presiden dari Partai Demokrat dan Wakil Presiden AS Kamala Harris menghadiri acara kampanye di kampus UNLV (Universitas Nevada, Las Vegas), di Las Vegas, Nevada, AS, 10 Agustus 2024. (Kevin Mohatt/REUTERS)
Calon presiden dari Partai Demokrat dan Wakil Presiden AS Kamala Harris menghadiri acara kampanye di kampus UNLV (Universitas Nevada, Las Vegas), di Las Vegas, Nevada, AS, 10 Agustus 2024. (Kevin Mohatt/REUTERS)

Meta tidak segera menanggapi permintaan kantor berita Reuters untuk memberikan komentar atas laporan tersebut.

Dalam analisisnya terhadap pemilu AS 2020, laporan CCDH menemukan bahwa perempuan kulit berwarna lebih mungkin menjadi target pelecehan seksis dan rasis.

Maraknya pelecehan online terhadap politisi perempuan telah menuai kritik dari kelompok-kelompok advokasi.

Laporan ini juga menyoroti bagaimana algoritma media sosial yang memprioritaskan konten emosional dan keterlibatan bisa secara tidak sengaja memperkuat pelecehan ini, sebuah fitur yang sering dimanfaatkan oleh para politisi untuk mendongkrak tingkat interaksi mereka.

Hal ini menggarisbawahi peran platform media sosial dan algoritmanya dalam penyebaran pelecehan online, sebuah masalah yang meluas di luar ranah politik dan mempengaruhi jutaan pengguna di seluruh dunia.

Laporan ini kemudian mendesak berbagai platform media sosial untuk menegakkan pedoman keamanan mereka secara lebih efektif dan mengambil tindakan tegas terhadap pelecehan online yang ditargetkan. [th/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG