Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Amerika CDC mencatat 80 persen warga yang terjangkit dan meninggal akibat virus corona adalah mereka yang berusia di atas 65 tahun atau lebih.
Menurut CDC hal ini dikarenakan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah dibanding warga yang berusia lebih muda dan penyakit bawaan yang diderita, antara lain jantung, penyakit paru-paru kronis, termasuk asthma, diabetes, ginjal dan lever. Kondisi-kondisi ini membuat warga lanjut usia (lansia) lebih berisiko terjangkit virus yang belum ada obatnya ini. Hal senada terjadi di Indonesia.
Menyadari hal itu Kepala Balai Lanjut Usia Budhi Dharma, Bekasi, Pujiyanto melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19 di panti-panti jompo. Antara lain dengan memeriksa suhu badan lansia di tempatnya setiap hari, memperketat orang yang keluar masuk balai, memberikan masker, menyemprotkan disinfektan seminggu dua kali dan tidak membolehkan tamu masuk ke dalam panti. Lansia yang kebanyakan berumur di atas 60 tahun ini juga didorong untuk berjemur setiap pagi.
Pujiyanto mengatakan balainya sempat kesulitan mendapatkan masker, hendak beli tapi harganya mahal, namun ia bersyukur akhirnya pihaknya mendapatkan masker dari Kementerian sosial dan pihak lainnya. Pujiyanto juga bersyukur mendapatkan masker dan hand sanitizer atau penyanitasi tangan dari sejumlah pihak. Meski jumlah tidak banyak tetapi sangat membantu.
Di balai yang dihuni 45 lansia ini, mbah-mbah (begitu para lansia disapa) dibagi menjadi dua katagori, yaitu mereka yang masih bisa beraktivitas dan yang sudah tidak bisa beraktivitas. Mereka yang masih dapat beraktivitas diatur untuk menghuni kamar berdua. Untuk yang tidak bisa beraktivitas ada dua ruangan yang diisi oleh sepuluh orang, dengan tempat tidur yang saling berjauhan satu sama lain untuk memudahkan pengawasan.
Menurutnya di masa pandemi COVID-19 berbagai kegiatan untuk para lansia dikurangi. Salah satunya dikarenakan banyaknya pegawai yang bekerja di rumah. Saat ini hanya ada 15 petugas, yang terdiri dari pekerja sosial, pengasuh dan tenaga kebersihan.
“Berkurangnya melakukan kegiatan tatap muka, bimbingan mental, sosial, tidak melakukan interaksi langsung. Bimbingan keterampilan itu juga sampai sekarang belum bisa dilakukan. Harus mengikuti protokol kesehatan itu. Setiap hari mbah-mbah ini diperiksa suhunya karena mereka rentan terhadap virus COVID-19 makanya kami sangat berhati-hati,” kata Pujiyanto.
Pujiyanto juga meminta para petugas khususnya yang bersentuhan langsung dengan para lansia untuk selalu sehat, karena mereka harus mengenakan pakaian dan memandikan para lansia yang sudah tidak bisa beraktivitas dan juga kegiatan yang lainnya.
Panti Jompo Kasih Ayah Bunda untuk Sementara Ditutup
Kondisi yang hampir serupa juga terjadi di Panti Jompo Kasih Ayah Bunda yang terletak di Jakarta. Salah seorang pengurus panti, Karsiem mengatakan di pantinya, setiap hari terdapat pemeriksaan tensi dan suhu badan terhadap para lansia. Pemberian semacam hand sanitizer juga rutin diberikan.
Berbeda dengan Balai Lanjut Usia Budhi Dharma, Bekasi, panti jompo ini untuk sementara ditutup. Semua kunjungan keluarga dan penerimaan pasien baru juga ditiadakan.
“Itu juga benar-benar dikunci full. Jadi untuk orang yang ingin menyumbang pun mesti kita ambil. Kalau seumpama ada sumbangan yang masuk, kita semprot dulu di luar, kita lewat samping. Dan jangan sampai melewati opa oma. Di sini kan semua orang tua jadi sangat riskan,” jelasnya.
Bahkan para petugas panti yang memang harus keluar karena ada urusan mendesak, diharuskan mengikuti protokol kesehatan yang ada seperti langsung mandi, mengganti dan mencuci baju.
Belum Ada Data Jumlah Warga Lansia Korban COVID-19
Juru bicara pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan belum ada data yang menunjukkan berapa jumlah warga lansia yang terjangkit corona. Karena berbeda dengan di negara lain, warga yang tertular COVID-19 di Indonesia justru paling banyak berusia 31-59 tahun.
“Yang paling banyak di situ. Lansia tidak banyak. Kemarin perbandingannya pada angka itu hampir 7.000 banding 1.300-an. Yang di usia 60 sampai 70 segitu. Yang di usia 70 tahun ke atas itu malah angkanya sama dengan balita, kurang dari 40 orang. Panti jompo di kita juga tidak banyak. Orang tua kita kan tetap tinggal dengan anak-anaknya di sini. Berbeda dengan di luar negeri. di sini kan kulturnya tidak sama dengan di luar negeri. Sumber penularannya kan anaknya kalau memungkinkan terjadi penularan,” ujar Yurianto. [fw/em]