Tautan-tautan Akses

Cegah Perang Timur Tengah, AS dan Eropa Desak Hizbullah Kurangi Serangan terhadap Israel


Asap mengepul selama pengeboman Israel di Lebanon selatan pada 25 Juni 2024, di tengah bentrokan lintas batas yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan pejuang Hizbullah. (Foto: AFP)
Asap mengepul selama pengeboman Israel di Lebanon selatan pada 25 Juni 2024, di tengah bentrokan lintas batas yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan pejuang Hizbullah. (Foto: AFP)

Para mediator konflik Timur Tengah, yakni Amerika Serikat (AS), Eropa, dan negara-negara Arab, mendesak agar ketegangan lintas batas antara Israel dan militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, tidak meningkat menjadi perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Kekhawatiran akan potensi konflik ini telah mengemuka selama berbulan-bulan. Pada Sabtu (29/6), Iran dan Israel saling melontarkan ancaman terkait apa yang Iran sebut sebagai perang yang akan "melenyapkan" Hizbullah.

Tidak ada harapan untuk mencapai gencatan senjata dalam konflik Israel dengan Hamas di Gaza yang dapat meredakan serangan Hizbullah dan milisi sekutu Iran lainnya. Dengan perundingan yang terhenti, para diplomat AS dan Eropa serta pejabat lainnya memperingatkan Hizbullah untuk tidak menghadapi kekuatan militer Israel, kata diplomat dan mantan diplomat. Hizbullah diyakini memiliki kekuatan yang jauh lebih kuat dari Hamas, tetapi dinilai terlalu percaya diri.

AS dan Eropa memperingatkan kelompok tersebut bahwa mereka tidak boleh bergantung pada Washington atau siapa pun yang mampu menahan para pemimpin Israel jika mereka memutuskan untuk menyerang Lebanon. Hizbullah juga diminta tidak mengandalkan kemampuan pasukannya untuk menghadapi kemungkinan selanjutnya.

Asap mengepul dari sela-sela rumah di Kota Metula di perbatasan Israel utara yang terkena tembakan Hizbullah, terlihat dari sisi Kota Marjayoun, Lebanon, Lebanon, Sabtu, 22 Juni 2024. (Foto: AP)
Asap mengepul dari sela-sela rumah di Kota Metula di perbatasan Israel utara yang terkena tembakan Hizbullah, terlihat dari sisi Kota Marjayoun, Lebanon, Lebanon, Sabtu, 22 Juni 2024. (Foto: AP)

Meskipun perseteruan terus berlanjut selama seminggu terakhir ini, Gerald Feierstein, mantan diplomat senior AS di Timur Tengah berpendapat, “tampaknya Israel masih ... menahan diri dengan harapan akan terjadi semacam konflik ... dan besarnya konflik yang sama sekali berbeda.”

Pesan yang disampaikan kepada Hizbullah adalah “jangan berpikir bahwa Anda mampu seperti yang Anda kira,” katanya.

Konflik dengan Hizbullah meletus sehari setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza. Kelompok itu meluncurkan roket ke Israel utara dan berjanji akan terus melanjutkannya sampai gencatan senjata terjadi.

Israel membalas dengan kekerasan yang memaksa puluhan ribu warga sipil meninggalkan perbatasan kedua negara. Serangan tersebut meningkat pada bulan ini setelah Israel membunuh seorang komandan penting Hizbullah dan Hizbullah membalasnya dengan beberapa serangan rudal terbesarnya.

Kepala Kemanusiaan PBB Martin Griffiths menggunakan kata “apokaliptik” untuk menggambarkan perang yang mungkin terjadi. Baik Israel maupun Hizbullah, kekuatan dominan di Lebanon yang terpecah secara politik, memiliki kekuatan untuk menimbulkan banyak korban jiwa.

“Perang seperti itu akan menjadi bencana bagi Lebanon,” kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin saat ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant baru-baru ini di Pentagon. “Perang lain antara Israel dan Hizbullah dapat dengan mudah menjadi perang regional, yang mempunyai konsekuensi buruk bagi Timur Tengah.”

Gallant menanggapinya dengan mengatakan, “Kami bekerja sama secara erat untuk mencapai kesepakatan, tetapi kami juga harus mendiskusikan kesiapan pada setiap skenario yang mungkin terjadi.”

Para analis memperkirakan milisi-milisi lain yang bersekutu dengan Iran di wilayah tersebut akan memberikan respons yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan yang mereka lakukan terhadap Hamas. Beberapa pakar bahkan memperingatkan akan adanya militan yang bermotivasi ideologis yang masuk ke wilayah tersebut untuk bergabung. Masyarakat Eropa khawatir akan mengganggu stabilitas arus pengungsi.

Asap mengepul di kota Metulla di utara Israel dari roket lintas batas yang diluncurkan dari sisi Lebanon pada 26 Juni 2024. (Foto: AFP)
Asap mengepul di kota Metulla di utara Israel dari roket lintas batas yang diluncurkan dari sisi Lebanon pada 26 Juni 2024. (Foto: AFP)

Dan jika tampaknya serangan Israel di Lebanon “berarah ke arah yang buruk bagi Israel, AS akan melakukan intervensi,” kata Feierstein. “Saya tidak berpikir mereka akan melihat alternatif lain selain itu.”

Sementara Iran melihat Hezbollah sebagai mitra strategis yang sangat penting di wilayah tersebut — jauh lebih penting daripada Hamas — dan bisa terlibat dalam konflik.

Sementara itu, perwakilan Iran di PBB mengingatkan dalam sebuah pernyataan di platform X pada Sabtu (29/6) bahwa sebuah perang yang 'membinasakan' akan pecah jika Israel melancarkan serangan penuh skala di Lebanon.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, bersikeras negaranya akan bertindak 'dengan kekuatan penuh' terhadap Hizbullah kecuali serangan-serangan itu dihentikan. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG