Tautan-tautan Akses

Cek Fakta: Benarkah pasukan Korea Utara bergabung dalam perang Rusia di Ukraina?


Foto yang disediakan pada 27 November 2022 oleh pemerintah Korea Utara ini memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan putrinya bersama pasukan Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan.
Foto yang disediakan pada 27 November 2022 oleh pemerintah Korea Utara ini memperlihatkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan putrinya bersama pasukan Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan.
Dmitry Peskov

Dmitry Peskov

Juru bicara Kremlin

“[Tuduhan bergabungnya pasukan Korea Utara dalam perang Rusia di Ukraina] ini tampaknya lagi-lagi hanya sekadar informasi yang tidak benar.”

Kemungkinan besar SALAH

Pada 16 Oktober 2024, Presiden Volodymyr Zelenskyy menyampaikan kepada parlemen Ukraina, Verkhovna Rada, sebuah peta jalan untuk mengalahkan agresi Rusia yang dijuluki "Rencana Kemenangan", yang rinciannya dirahasiakan oleh Kyiv.

Zelenskyy memberi tahu anggota parlemen negara itu bahwa tiga serangkai "Rusia, Iran, dan Korea Utara" sedang berperang dengan Ukraina, dan bahwa Kyiv melihat "semakin meningkatnya aliansi antara Rusia dan rezim seperti Korea Utara … Ini bukan lagi sekadar tentang transfer senjata. Sebenarnya ini tentang pemindahan orang dari Korea Utara ke pasukan militer pendudukan."

Iran telah memberikan bantuan militer kepada Rusia selama lebih dari dua tahun, termasuk pesawat nirawak Shahed yang mematikan yang digunakan dalam serangan berkelompok harian terhadap warga sipil Ukraina.

Meskipun banyak bukti, baik Rusia maupun Iran membantah, secara keliru, bahwa Teheran telah membantu agresi Moskow di Ukraina.

Berita tentang kehadiran militer Korea Utara di Rusia dan Ukraina baru muncul selama beberapa minggu terakhir.

Kremlin menepis laporan tersebut. Sekretaris pers kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyebut keterlibatan langsung militer Korea Utara dalam perang sebagai "canard" informasi — metafora untuk "berita palsu" atau hoax.

"Ini bukan hanya intelijen Inggris, tetapi juga intelijen Amerika. Mereka melaporkannya sepanjang waktu, mereka tidak memberikan bukti apa pun," kata Peskov pada Rabu, 16 Oktober.

Sebelumnya di Moskow, Peskov mengatakan kepada kantor berita Rusia: "Ini [tuduhan pengerahan pasukan Korea Utara ke perang Rusia di Ukraina] tampaknya merupakan canard informasi lainnya."

Klaim (Kremlin) tersebut kemungkinan besar salah.

Media Ukraina melaporkan tewasnya sedikitnya enam tentara Korea Utara dalam serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap posisi Rusia di wilayah Donetsk yang diduduki pada tanggal 3 Oktober.

Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun mengatakan laporan tentang pasukan Korea Utara yang tewas di Ukraina "sangat mungkin benar" dan Seoul memperkirakan Pyongyang akan mengirim lebih banyak lagi pasukan untuk berperang bagi Rusia.

"Kami menilai bahwa kemungkinan jatuhnya korban di antara perwira dan tentara Korea Utara di Ukraina sangat mungkin terjadi, mengingat berbagai keadaan," katanya kepada parlemen Korea Selatan pada tanggal 8 Oktober, harian Defense Post melaporkan.

Pada tanggal 16 Oktober, NATO mengatakan tidak dapat mengonfirmasi pengerahan pasukan Korea Utara untuk berperang di Ukraina "pada tahap ini."

"Yang kami tahu adalah bahwa Korea Utara membantu mengobarkan upaya perang Rusia melawan Ukraina. Kami mengutuk keras kerja sama militer yang semakin dalam antara Rusia dan Korea Utara," kata Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.

Intelijen Ukraina mengatakan Rusia sedang melatih sekitar 3.000 tentara infanteri Korea Utara untuk bertempur guna bergabung dengan garis depan di Ukraina pada akhir tahun, The Washington Post melaporkan pada 11 Oktober.

BBC melaporkan bahwa pertanyaannya bukanlah apakah Pyongyang mengerahkan pasukan untuk membantu perang Rusia, tetapi berapa banyak dari mereka yang sudah berada di garis depan atau di kamp pelatihan dan bersiap untuk ditempatkan.

Media berita di Ukraina, termasuk Kyiv Independent, pada 15 Oktober mengutip sumber intelijen bahwa militer Rusia berusaha menyembunyikan pencarian yang sedang berlangsung terhadap 18 pembelot Korea Utara yang meninggalkan pos mereka di wilayah Kursk dan Briansk.

Korea Utara selama ini telah memasok rudal balistik dan amunisi kepada Rusia, tetapi penyediaan tenaga militer oleh Pyongyang akan "menunjukkan tingkat keputusasaan baru bagi Rusia karena terus menderita korban yang signifikan di medan perang dalam perang brutalnya melawan Ukraina," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Sean Savett pada 15 Oktober.

Perkembangan ini menandakan kerja sama militer yang semakin intensif antara Korea Utara dan Rusia, kata Savett.

Pada tanggal 14 Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Parlemen untuk meratifikasi pakta pertahanan bersama yang ditandatanganinya dengan Kim Jong-un dari Korea Utara awal tahun ini.

Kunjungan Kim ke Rusia pada tahun 2023 mengonfirmasi kesepakatan senjata rahasia yang menghasilkan pengiriman amunisi Korea Utara dalam jumlah besar yang sangat penting bagi serangan musim panas Rusia, The Guardian melaporkan pada tanggal 10 Oktober. Selain amunisi, Korea Utara kemungkinan berupaya untuk mendapatkan pengalaman tempur dan menguji senjatanya dalam perang, meskipun kualitas senjatanya masih dipertanyakan.

Perang di Ukraina memberi Korea Utara kesempatan unik untuk mendapatkan "umpan balik dari medan perang yang sebenarnya" mengenai kinerja tempur senjata, amunisi, kemampuan, dan personelnya, yang memungkinkan mereka untuk melakukan penyesuaian, kata Jenderal Charles Flynn, komandan Indo-Pasifik Angkatan Darat AS.

Insinyur dan tentara militer Korea Utara telah dikerahkan ke Ukraina timur yang diduduki Rusia sejak tahun 2022 untuk membantu pengoperasian sistem rudal KN-23. Korea Utara juga mengirimkan pekerja sipil untuk membantu upaya rekonstruksi di wilayah Donbas.

XS
SM
MD
LG