Pada bulan Juli, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Iran sedang bersiap untuk memasok drone buatan Iran ke Rusia dan melatih pasukannya untuk mengunakannya.
Termasuk "drone berkemampuan senjata" yang akan dikerahkan Moskow ke medan perang di Ukraina, kata Sullivan.
Sebulan kemudian, intelijen AS dan pemantau lainnya melacak pengiriman drone Mohajer-6 dan seri Shaded yang diproduksi Iran ke tangan Rusia. Menurut laporan, tak lama setelah itu, drone ini ditemukan di medan perang di Ukraina.
Namun Teheran membantah mengirimkan drone ke Rusia untuk digunakan di Ukraina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengatakan:
“Republik Islam Iran menganggap laporan tentang pengiriman drone ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina 'tidak berdasar' dan tidak membenarkannya.
“Sejak awal konflik, kami telah menyuarakan kebijakan kami yang jelas tentang netralitas dan oposisi terhadap perang, sambil menekankan perlunya kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah mereka melalui cara politik yang bebas dari kekerasan.”
Penyangkalan Teheran bertentangan dengan bukti bahwa Rusia menggunakan drone buatan Iran di Ukraina. Terlepas dari klaim netralitas Iran, media pemerintah sering mengulangi poin pembicaraan Rusia yang menyalahkan Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.
Pada bulan Juli, Gedung Putih mengatakan para pejabat Rusia telah berkunjung ke Iran setidaknya dua kali untuk melihat drone berkemampuan senjata.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengunjungi Iran bulan itu, meskipun Rusia mengklaim Putin tidak membahas pengiriman drone dengan para pemimpin republik Islam itu.
Klaim AS bahwa Iran mulai memasok Rusia dengan drone terkait dengan peningkatan penerbangan kargo Iran ke Rusia, seperti yang ditunjukkan oleh data penerbangan open source.
Media berita Israeli Haaretz melaporkan pada 12 Agustus setidaknya terdapat 42 penerbangan terkait dengan Garda Revolusi Iran telah mendarat di Moskow sejak April – sementara hanya ada tiga penerbangan selama periode yang sama tahun sebelumnya.
Laporan lain menunjukkan bahwa Iran akan mengirimkan ratusan drone ke Rusia. Dan drone buatan Iran mulai bermunculan di wilayah udara Ukraina.
Pada 13 September, militer Ukraina mengklaim untuk pertama kalinya telah menembak jatuh drone yang dipasok Iran, yang diidentifikasi sebagai UAV Shahed-136.
Shahed-136 disebut "drone kamikaze" karena meledak saat terjadi benturan.
Sebuah foto drone yang jatuh itu diberikan kepada The Associated Press dan media lain oleh Direktorat Komunikasi Strategis militer Ukraina dan menyebar di media sosial.
Peneliti senjata menemukan kecocokan yang kredibel antara sisa-sisa drone itu dan UAV Shahed-136.
Pada 23 September, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina telah menembak jatuh delapan drone buatan Iran.
Angkatan Udara Ukraina juga mengatakan telah menembak jatuh enam drone Shahed-136 buatan Iran di front timur dan selatan pada 23 September.
Pada 22 September, Pentagon mengatakan Rusia menggunakan drone buatan Iran di Ukraina, menyebut klaim Ukraina bahwa mereka telah menembak jatuh beberapa di antaranya “kredibel.”
Bukti foto dan video lainnya telah beredar di internet.
Pada tanggal 23 September, Angkatan Udara Ukraina mengatakan para pejuang dari Komando Udara Selatan “untuk pertama kalinya menembak” sebuah Mohajer-6, “yang dirancang untuk pengintaian, pengawasan, pengenalan dan serangan penembakan.”
Angkatan Udara Ukraina mengatakan telah menembak jatuh lima dari tujuh drone Shahed-136 buatan Iran pada 1-2 Oktober di malam hari.
Foto-foto yang menunjukkan reruntuhan salah satu drone itu beredar di media sosial.
Pada 3 Oktober, Kementerian Pertahanan Ukraina menanggapi bantahan Iran bahwa mereka memasok drone ke Rusia dengan merilis foto Mohajer-6 yang utuh.
Kementerian mengatakan pesawat tak berawak Iran dikerahkan untuk “mengkoordinasikan serangan terhadap [pelabuhan Laut Hitam] Odesa beberapa hari yang lalu.”
Drone itu dilaporkan ditangkap pada 23 September.
Menanggapi drone Iran, Ukraina mengurangi hubungan dengan Teheran.
Iran mengatakan "menyesali" langkah diplomatik itu, dan meminta Kyiv untuk "menahan diri agar tidak terpengaruh oleh pihak ketiga yang berusaha menghancurkan hubungan antara kedua negara."
Drone Iran, yang diyakini tidak pernah digunakan di luar Timur Tengah sebelumnya, telah membantu Rusia menopang persenjataannya yang menipis, seperti yang dilaporkan The New York Times.
Drone yang telah dicat ulang dengan warna Rusia dan diganti namanya menjadi Geranium 2 tersebut telah menyebabkan kerusakan serius pada pasukan Ukraina, menurut The Wall Street Journal.
Seorang aktivis Ukraina dan tiga tentara mengatakan pada Politico bahwa pesawat tak berawak Iran menimbulkan ancaman besar bagi para tentara dan warga sipil.
Tetapi ada bukti bahwa drone telah “mengalami banyak kegagalan di medan pertempuran” di Ukraina, menurut Sasha Baker, seorang Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan.
Pada 8 September, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada empat perusahaan Iran atas keterlibatan mereka dalam memasok drone ke Rusia untuk perang di Ukraina.
Forum