Maroko terus berjuang mengatasi dampak gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter yang terjadi pada tanggal 8 September 2023, yang menewaskan hampir 3.000 orang dan melukai ribuan lainnya.
Sementara upaya penyelamatan terus berlanjut setelah gempa bumi paling mematikan di negara ini dalam lebih dari satu abad, muncul tren viral di media sosial yang menggambarkan bencana alam itu sebagai ulah manusia dan menyebarkan konten palsu tentang penyebab gempa tersebut.
Salah satu contohnya adalah seorang influencer di TikTok, titan5151, yang memposting video berdurasi sembilan detik yang diklaim pengguna direkam di Maroko tepat sebelum gempa terjadi. Video tersebut memperlihatkan semburan cahaya dan benda-benda bulat bercahaya yang berputar-putar di udara, disertai lebih banyak kilatan cahaya.
Video ini diumumkan dengan tagar viral berbahasa Inggris dan Arab yang dipilih untuk memaksimalkan jangkauan terhadap penggunanya. Sebagian besar tagar berbahasa Arab yang digunakan oleh titan5151 ditonton puluhan juta kali, sementara tiga tagar berbahasa Arab ditonton 7-10 miliar kali.
Judul videonya berbunyi:
“Kilatan petir besar muncul sebelum gempa bumi di Maroko dengan penyebab yang tidak diketahui.”
Semua informasi terkait postingan video itu salah: video tersebut bukan dari Maroko, tidak menunjukkan adanya petir sebelum gempa bumi, kejadian itu tidak direkam segera sebelum gempa bumi, dan video tersebut telah dimodifikasi dengan CGI untuk menggambarkan peristiwa yang tidak nyata.
Namun, postingan tersebut telah mendapat 220,7 ribu suka, 11,8 ribu komentar, dan 27,2 ribu dibagikan pada saat tulisan ini dibuat.
Banyak netizen berkomentar bahwa kejadian di video itu merujuk pada HAARP, Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi Amerika Serikat. Namun rentang frekuensi transmisi HAARP tidak terjadi pada tingkat atmosfer yang menghasilkan cuaca bumi (hal ini akan dibahas pada paragraf selanjutnya).
Beberapa komentar terbaru dari netizen atas postingan tersebut antara lain: "semacam proyek haarp", "itu adalah alat pengontrol cuaca", dan "Amerika sudah menyerang negara lain".
Video “Petir (di atas) Maroko” oleh Titan5151 pertama kali diposting ke TikTok pada Mei 2020 oleh pengguna bernama Jay Hideaway. Postingan video aslinya menggambarkan pemandangan tersebut sebagai penampakan UFO di atas Los Angeles, California.
Di OpeanSea, “pasar jual-beli bagi koleksi NFT dan kripto,” Jay Hideaway menggambarkan dirinya sebagai pencipta “Seni Video Apokaliptik Asli.”
Banyak video Jay Hideaway menyertakan elemen fantastis seperti naga, zombie, dan monster yang jelas-jelas merupakan gambar yang dihasilkan komputer.
Pengguna media sosial lainnya di Twitter dan Facebook, serta jejaring sosial berbahasa Rusia, mem-posting ulang video Jay Hideaway, atau video lain yang dimaksudkan untuk menunjukkan "kilatan cahaya di langit" sebelum terjadi gempa bumi di Maroko.
Beberapa dari mereka secara salah mengaitkan "kilatan cahaya" tersebut dengan HAARP.
Universitas Alaska di Fairbanks, yang mengambil alih pengoperasian HAARP dari Angkatan Udara Amerika Serikat pada Agustus 2015, menyebut HAARP sebagai “pemancar radio besar” yang digunakan untuk mempelajari ionosfer.
Lapisan ionosfer, bagian atas atmosfer bumi yang berbatasan dengan angkasa luar, “berisi partikel-partikel yang bermuatan listrik akibat interaksi dengan energi matahari”.
Ionosfer dapat memantulkan gelombang radio kembali ke Bumi.
HAARP diluncurkan untuk “menganalisis sifat ionosfer dasar” dan membantu mengembangkan komunikasi radio dan teknologi pengawasan.
HAARP telah lama menjadi "kambing hitam" bagi para ahli teori konspirasi, yang secara keliru menggambarkannya sebagai program modifikasi cuaca yang dapat menyebabkan peristiwa lingkungan yang merusak.
Universitas Alaska mengatakan rentang frekuensi transmisi HAARP tidak terjadi pada tingkat atmosfer yang menghasilkan cuaca bumi.
“Karena tidak ada interaksi, tidak ada cara untuk mengendalikan cuaca,” kata universitas tersebut.
Hal ini tidak menghentikan para pendukung teori konspirasi untuk menyatakan sebaliknya.
Menyusul gempa bumi yang mematikan pada bulan Februari di Turki dan Suriah, serta kebakaran hutan pada bulan Agustus di Maui, Hawaii, para pendukung teori konspirasi menyebarkan video dan gambar yang menunjukkan sambaran petir atau pancaran cahaya, dan secara keliru mengaitkannya dengan HAARP atau upaya pemerintah AS lainnya untuk mempersenjatai cuaca.
Pada tahun 2010, mantan pemimpin Venezuela Hugo Chavez mengklaim uji coba senjata angkatan laut AS menyebabkan gempa bumi dahsyat di Haiti. Chavez merujuk pada laporan dari ViVe TV Venezuela, yang mengutip laporan dari armada Rusia di Utara.
Cerita ini diangkat oleh media pemerintah Rusia, yang telah menyebarkan spekulasi tentang HAARP selama bertahun-tahun.
Radio Free Europe/Radio Liberty, yang merupakan organisasi serupa dengan VOA, saat itu mencatat bahwa sebuah laporan di lembaga penyiaran negara Rusia, RT, tidak menyebutkan bahwa Armada Utara Rusia tampaknya menjadi sumber asli klaim Chavez.
Mantan gubernur Minnesota Jessie Ventura juga menggambarkan HAARP sebagai “sinar kematian yang tidak terlihat” dan alat “pengendalian pikiran.”
Ventura menjadi pembawa acara di RT America hingga saluran tersebut ditutup pada Maret 2022. Operator satelit AS menghentikan RT America setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Namun, beberapa video yang menunjukkan kilatan cahaya di atas Maroko pada saat terjadi gempa tampaknya tidak dimanipulasi. Ini juga bukan untuk pertama kali bahwa fenomena aneh munculnya kilatan cahaya terjadi bersamaan dengan gempa bumi.
Gempa bumi yang terjadi pada bulan September 2017 di Meksiko, misalnya, juga disertai dengan guratan warna hijau kabur di langit.
Para ilmuwan telah mengaitkan penampakan cahaya tersebut selama gempa bumi dengan berbagai penyebab potensial, termasuk kilatan listrik – semburan cahaya hijau atau biru, yang dipicu oleh kabel-kabel listrik yang terguncang atau roboh.
Pelepasan cahaya yang muncul dalam berbagai cara selama peristiwa seismik juga dikaitkan dengan fenomena alam yang disebut "kilatan cahaya gempa".
Penyebab terjadinya cahaya gempa tersebut bervariasi, dan dilaporkan terjadi sebelum atau selama gempa bumi.
Beberapa ilmuwan menyangkal adanya bukti kuat munculnya cahaya gempa, dengan alasan bahwa orang yang mengaku pernah melihatnya sebenarnya menyaksikan fenomena lain, termasuk kilatan cahaya dan aurora.
Kisah tentang cahaya gempa sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Sementara itu, bencana alam seperti yang terjadi di Maroko dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan kepanikan terkait ramalan (tanda-tanda) apokaliptik atau akhir zaman.
Beberapa penganut agama dari berbagai tradisi memaknai fenomena umum seperti bencana alam sebagai tanda-tanda bahwa akhir zaman atau hari kiamat sudah dekat.
Seorang warga Moulay Brahim, yang tinggal di sebuah desa di Pegunungan Atlas Maroko, mengatakan kepada TRT World bahwa ketika gempa terjadi, “[kami] mengira itu adalah kiamat.”
Para peneliti mencatat bahwa akun palsu di TikTok, YouTube, dan Twitter telah menyebarkan video dan konten lainnya yang dimanipulasi atau dipalsukan untuk mempromosikan keyakinan bahwa hari kiamat akan segera terjadi.
Media pemerintah Rusia juga membesar-besarkan teori konspirasi seputar HAARP dan spekulasi datangnya akhir zaman.