Presiden Indonesia Joko Widodo meresmikan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2023. Proyek senilai 7,3 miliar ini didukung oleh Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) yang bernilai triliunan dolar di Republik Rakyat China.
Kereta api berkecepatan tinggi "Whoosh" menghubungkan Jakarta dengan Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat, memangkas waktu perjalanan dari tiga jam menjadi 40 menit, Voice of America melaporkan hari Senin.
Namun di X, yang sebelumnya merupakan Twitter, beberapa pengguna pro-RRC membagikan gambar yang mereka tampilkan sebagai tangkapan layar laporan VOA tentang jalur kereta api, yang diilustrasikan dengan gambar kereta lama bertenaga hibrida (catenary dan diesel) jenis GMC-48JS milik China, bukannya kereta api berkecepatan tinggi "Whoosh" yang berpenampilan futuristik.
Nik Stankovic, pengguna X yang memposting tangkapan layar (screenshot) asli, berspekulasi bahwa VOA sengaja menggunakan gambar jalur kereta api yang lebih tua dan kurang canggih dalam laporannya tentang jalur kereta api Whoosh:
“Voice of America memilih gambar ini untuk melengkapi artikel awal beroperasinya kereta (cepat) BRI secara resmi di Indonesia.”
Klaim itu menyesatkan.
Laporan artikel dari situs bahasa Inggris Voice of America dilengkapi ilustrasi dengan gambar kereta api berkecepatan tinggi "Whoosh".
“Tangkapan layar” Stankovic telah diubah dengan judul berbahasa Inggris dari laporan dalam bahasa Mandarin dan Kanton.
Terlebih lagi, apa yang disiratkan oleh Stankovich bahwa pilihan gambar (kereta) lama merupakan "keputusan editorial VOA" adalah salah.
Editor layanan bahasa Mandarin dan Kanton Voice of America mengatakan kepada Polygraph.info bahwa mereka awalnya menggunakan gambar yang salah dalam laporan situs web mereka karena kesalahan manusia. Namun, gambar-gambar tersebut segera diganti setelah kesalahan ditemukan dan catatan editor ditambahkan ke dalam kedua laporan itu untuk mencerminkan koreksi tersebut.
Sebagai sebuah berita, ini tidak melibatkan keputusan editorial, seperti yang diklaim Stankovic.
Andy Boreham, influencer pro-China lainnya, mengutip postingan Stankovic dengan fotonya sendiri berdiri di depan kereta "Whoosh". Boreham mengklaim bahwa “tangkapan layar” yang dibuat oleh Stankovic adalah “berita palsu khas dari Barat.”
Andy Boreham adalah warga Selandia Baru yang tinggal di Shanghai dan kolumnis untuk media pemerintah China "Shanghai Daily". Boreham memiliki channel-nya sendiri di YouTube bernama Reports on China, yang mempromosikan sentimen dan pandangan anti-Amerika yang selaras dengan pemerintah China.
Sebuah video baru-baru ini tentang perjalanannya di jalur kereta China-Laos berjudul “Kereta Api Laos: Amerika mengebom, China membangun.” Yang lainnya, berupa komentar video tentang ponsel pintar Mate 60 Pro baru Huawei, berjudul “Game over for US chip sanctions?!” (Akhir dari Sanksi Cip Amerika?!)
Pada tahun 2022, harian Global Times milik pemerintah China menyebut Boreham sebagai “orang asing pertama yang diberi label oleh Twitter sebagai media yang berafiliasi dengan negara China.”
Sebuah laporan investigasi oleh The Associated Press yang diterbitkan pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa jaringan influencer berbahasa Inggris yang berkembang telah “menumbuhkan peluang online (bagi para influencer) dengan mempromosikan pesan-pesan pro-China di video YouTube atau cuitan (di Twitter).”
Laporan AP mengutip dua influencer Twitter, Matthew Tye dari Amerika dan Winston Sterzel dari Afrika Selatan, yang mengatakan bahwa perwakilan dari sebuah perusahaan yang mengidentifikasi dirinya sebagai Hong Kong Pear Technology telah mencoba merekrut mereka untuk menyebarkan video propaganda yang mengklaim bahwa COVID-19 berasal dari rusa berekor putih di Amerika Utara.
“Kami dapat menawarkan $2.000 (sepenuhnya dapat dinegosiasikan mengingat sifat dari jenis konten ini), beri tahu kami jika Anda tertarik,” tulis seorang karyawan HK Pear Technology bernama Joey, menurut email yang dibagikan kepada AP. Setelah ditanyai, karyawan tersebut mengatakan bahwa dia tidak tahu tentang klien tersebut, dan menambahkan bahwa klien itu “mungkin dari pemerintah (China)??”
Freedom House, sebuah LSM yang berbasis di Washington, D.C., mengatakan pada tahun 2022 bahwa upaya para aktor (yang berafiliasi dengan) pemerintah China untuk mempengaruhi ruang media AS telah berkembang sejak tahun 2019, dengan meningkatnya penggunaan “influencer media sosial yang dibayar.”