Republik Ceko, Selasa (7/9) menjanjikan dukungan keuangan untuk membantu Lithuania mengatasi tekanan migrasi di timur perbatasannya, seraya menuduh Belarus memfasilitasi krisis tersebut.
Kedua negara menandatangani nota kesepahaman yang menyediakan setengah juta euro ($600.000) untuk membantu Lithuania "memperkuat manajemen perbatasannya" setelah ribuan migran, umumnya dari Irak, menyeberang masuk ke negara itu.
Dalam konferensi pers di Vilnius, Menteri Luar Negeri Ceko Jakub Kulhanek mengatakan, Presiden Belarus Alexander Lukashenko telah mempersenjatai migran untuk melawan tetangganya "dan lebih luas, Uni Eropa". Kulhanek mengatakan "tindakan kurang ajar Lukashenko menuai sanksi tambahan terhadap rezim Belarus."
Polandia, Lithuania dan Latvia, tiga negara Uni Eropa yang berbatasan dengan Belarus, menuduh Lukashenko mendorong migran dari Irak, Afghanistan, Suriah dan tempat lain ke negara mereka secara ilegal. Mereka menyebut tindakan itu sebagai "perang hibrida" terhadap negara mereka sebagai pembalasan atas sanksi Uni Eropa.
Sementara ribuan migran telah didorong kembali atau ditempatkan di pusat-pusat imigran yang tertutup, fokus utama selama berminggu-minggu adalah kelompok sekitar 30 orang yang terdampar di perbatasan Polandia-Belarus. Nasib kelompok itu juga menimbulkan kekhawatiran di Polandia di kalangan orang yang menuduh respons pemerintah tidak manusiawi.
Tindakan pemerintah mencakup mengerahkan tentara ke perbatasan, memperkuat perbatasan dengan kawat berduri, dan menolak kelompok yang terdampar itu mengajukan permohonan suaka. [ka/ab]