TORONTO —
Kepala eksekutif Blackberry, Thorsten Heins, mengatakan Kamis (21/3) bahwa iPhone sudah ketinggalan zaman.
Komentar itu dibuatnya sehari sebelum peluncuran Blackberry layar sentuh baru, yang sempat tertunda lama, di Amerika Serikat. Perusahaan telepon AT&T mulai menjual Blackberry seri Z10 Jumat, lebih dari enam minggu setelah Blackberry meluncurkan telepon baru itu di negara-negara lain.
Heins juga mengatakan bahwa versi papan tombol baru Blackberry tidak akan dirilis di AS sampai dua atau tiga bulan dari sekarang. Baik layar sentuh maupun model papan tombol merupakan upaya Blackberry untuk kembali ke kejayaan setelah merek itu kehilangan popularitas setelah Apple meluncurkan iPhone pada 2007.
Heins mengatakan kurangnya inovasi Apple membuat fasilitas antarmuka (interface) pengguna ketinggalan zaman. Ia mengatakan pengguna iPhone harus keluar masuk aplikasi dan telepon itu tidak memungkinkan melakukan banyak hal (multitasking) seperti Blackberry Z10.
“(iPhone) masih sama saja,” ujar Heins. “Ia bekerja secara sekuen, dan orang tidak ingin begitu lagi sekarang. Mereka ingin multitasking.”
Perangkat lunak baru dari Blackberry memungkinkan pengguna untuk membuka serangkaian aplikasi seperti halnya komputer meja, ujarnya, yang berarti pengguna tidak perlu menutup aplikasi jika ingin mengecek surat elektronik.
Heins mengatakan iPhone merupakan produk revolusioner lima tahun lalu, tapi sekarang hanya “duduk saja di situ.”
Juru bicara Apple Natalie Kerris enggan berkomentar.
Namun tertundanya penjualan Blackberry dengan papan tombol, yaitu seri Q10, mempersulit upaya perusahaan itu untuk mengejar ketertinggalan dari iPhone dan alat lain yang menggunakan sistem operasi Android dari Google Inc.
Bahkan saat Blackberry tertinggal di belakang para kompetitor pada tahun-tahun terakhir, banyak pengguna Blackberry tetap loyal karena mereka lebih suka menggunakan papan tombol dibandingkan layar sentuh seperti pada iPhone dan sebagian besar telepon Android.
Heins mengatakan versi Q10 belum siap dan alasannya ada di luar kendalinya.
Ia mengakui perusahaan harus merebut kembali pangsa pasar di AS supaya sukses. Ia mengatakan penjualan awal di negara-negara lain cukup menggembirakan, namun belum dapat memberikan angkanya. (AP/Rob Gillies)
Komentar itu dibuatnya sehari sebelum peluncuran Blackberry layar sentuh baru, yang sempat tertunda lama, di Amerika Serikat. Perusahaan telepon AT&T mulai menjual Blackberry seri Z10 Jumat, lebih dari enam minggu setelah Blackberry meluncurkan telepon baru itu di negara-negara lain.
Heins juga mengatakan bahwa versi papan tombol baru Blackberry tidak akan dirilis di AS sampai dua atau tiga bulan dari sekarang. Baik layar sentuh maupun model papan tombol merupakan upaya Blackberry untuk kembali ke kejayaan setelah merek itu kehilangan popularitas setelah Apple meluncurkan iPhone pada 2007.
Heins mengatakan kurangnya inovasi Apple membuat fasilitas antarmuka (interface) pengguna ketinggalan zaman. Ia mengatakan pengguna iPhone harus keluar masuk aplikasi dan telepon itu tidak memungkinkan melakukan banyak hal (multitasking) seperti Blackberry Z10.
“(iPhone) masih sama saja,” ujar Heins. “Ia bekerja secara sekuen, dan orang tidak ingin begitu lagi sekarang. Mereka ingin multitasking.”
Perangkat lunak baru dari Blackberry memungkinkan pengguna untuk membuka serangkaian aplikasi seperti halnya komputer meja, ujarnya, yang berarti pengguna tidak perlu menutup aplikasi jika ingin mengecek surat elektronik.
Heins mengatakan iPhone merupakan produk revolusioner lima tahun lalu, tapi sekarang hanya “duduk saja di situ.”
Juru bicara Apple Natalie Kerris enggan berkomentar.
Namun tertundanya penjualan Blackberry dengan papan tombol, yaitu seri Q10, mempersulit upaya perusahaan itu untuk mengejar ketertinggalan dari iPhone dan alat lain yang menggunakan sistem operasi Android dari Google Inc.
Bahkan saat Blackberry tertinggal di belakang para kompetitor pada tahun-tahun terakhir, banyak pengguna Blackberry tetap loyal karena mereka lebih suka menggunakan papan tombol dibandingkan layar sentuh seperti pada iPhone dan sebagian besar telepon Android.
Heins mengatakan versi Q10 belum siap dan alasannya ada di luar kendalinya.
Ia mengakui perusahaan harus merebut kembali pangsa pasar di AS supaya sukses. Ia mengatakan penjualan awal di negara-negara lain cukup menggembirakan, namun belum dapat memberikan angkanya. (AP/Rob Gillies)