CEO Google Sundar Pichai dicecar jaksa antimonopoli AS, hari Senin (30/10), ketika ia menolak tuduhan bahwa perusahaannya bertindak secara ilegal untuk mempertahankan dominasinya sebagai mesin pencarian terdepan di dunia.
Inti kasus yang diajukan oleh Departemen Kehakiman AS itu adalah kesepakatan bagi hasil besar-besaran Google, di mana produsen iPhone, Apple, menerima sebagian besar pendapatan iklan Google yang diperoleh dengan cara menjadikan Google sebagai mesin pencarian bawaan perangkat Apple.
Melalui kesaksian di pengadilan terungkap bahwa tahun lalu saja Google mengeluarkan uang sebesar $26 miliar (sekitar Rp412 triliun) untuk tetap menjadi mesin pencarian bawaan di berbagai perangkat telepon pintar dan peramban (browser), yang sebagian besarnya diberikan kepada Apple.
Pichai memulai kesaksiannya di pengadilan di Kota Washington dengan menyebutkan kembali misi perusahannya untuk membuat informasi “dapat diakses secara universal dan bermanfaat” bagi semua.
“Misi ini menjadi semakin abadi dan lebih relevan dari sebelumnya,” ungkap Pichai, mengingat para pesaing baru mesin pencarian dan kemajuan teknologi kecerdasan buatan.
Namun dalam pemeriksaan saksi selama dua jam itu, jaksa AS mencoba membantah klaim tersebut.
Dengan menggunakan email, perbincangan teks dan surat perusahaan yang kadang sudah berumur dua puluh tahun, pemerintah AS ingin mendorong Pichai untuk mengakui bahwa perjanjian mesin pencari bawaan Google dengan Apple penting bagi bisnisnya.
Dalam interkasi yang cukup menegangkan, jaksa memperlihatkan kepada Pichai sebuah memo internal, di mana di dalamnya Google menyatakan kekhawatiran bahwa aktivitas pencarian pada perangkat Apple “dikanibalisasi” oleh fitur Siri milik iPhone.
Pada tahun 2019, Pichai menjelaskan kepada CEO Apple Tim Cook bahwa fenomena itu dapat menjadi penyebab Apple menerima pendapatan yang tidak sesuai harapan dari hasil aktivitas pencarian Google tahun sebelumnya dan bahwa hal itu dapat diperbaiki.
“Visi kami adalah kita bekerja sebagai satu perusahaan” saat menyangkut aktivitas pencarian, demikian bunyi memo itu, merangkum pertemuan tingkat tinggi lain di antara kedua perusahaan pada tahun 2018.
Ketika diperlihatkan memo internal tersebut, Pichai berkeras bahwa kedua raksasa teknologi itu “bersaing dengan sengit dalam banyak produk,” sambil menambahkan bahwa “mungkin ada semacam kegembiraan yang tidak masuk akal tentang betapa baiknya pertemuan itu berlangsung.”
Pichai juga dicecar tentang perbincangan teks (chat) perusahaan, di mana ia meminta agar mode perbincangan itu diubah menjadi “history off” agar isi perbincangan itu otomatis dihapus setelah 24 jam.
Penggunaan fitur itu juga memancing kecurigaan jaksa AS bahwa Pichai berusaha untuk mencegah isi perbincangan yang bersifat memberatkan dijadikan barang bukti. [rd/lt]
Forum