Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional China, Kamis (25/7) membenarkan bahwa angkatan udaranya telah melakukan patroli udara gabungan bersama Rusia di dekat Alaska.
“Ini adalah patroli udara gabungan kedelapan yang dilakukan kedua militer sejak tahun 2019,” kata Zhang Xiaogang dalam jumpa pers di Beijing.
Dua pesawat pembom jarak jauh China dan dua pesawat serupa milik Rusia terlacak terbang melintasi perairan internasional di dekat Alaska. Pesawat tempur AS dan Kanada lantas dikerahkan sebagai tanggapannya, kata komando kedirgantaraan gabungan kedua negara.
Aktivitas militer China dan Rusia, Rabu (24/7) tidak dianggap sebagai sebuah ancaman, kata Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD).
Meskipun militer Rusia telah lama aktif di Pasifik utara, China belakangan muncul sebagai aktor baru seiring meningkatnya kehadiran pasukan angkatan laut dan udara Beijing, semakin jauh dari pesisir pantai negara itu. Zhang juga mengatakan, operasi itu tidak menyasar pihak ketiga mana pun.
Zhang juga menanggapi laporan Korps Marinir AS yang terbit baru-baru ini, dengan judul Muslihat (Deception), yang merupakan petunjuk menggunakan taktik tipu muslihat.
Zhang mengatakan bahwa “AS adalah pembohong ulung yang menyebarkan rumor tanpa dasar” dan menggambarkannya sebagai “kerajaan kebohongan”.
Zhang mendesak Jepang untuk “mengambil langkah nyata” untuk memastikan bahwa instrusi ke wilayah perairan China tidak akan terulang lagi. Hal itu ia sampaikan setelah Suzutsuki, kapal perusak Jepang, berlayar ke wilayah perairan China awal bulan ini.
Setelah China memprotes keras, Jepang menjelaskan bahwa kejadian itu adalah “kesalahan teknis”.
“Terlepas dari alasannya, ini merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan wilayah China,” ungkap Zhang. [rd/ab]
Forum