Ibu Kota China memberlakukan restriksi baru terkait virus corona pada hari Rabu dalam upaya mengendalikan wabah baru. Sementara itu Brazil melaporkan kenaikan harian kasus terkonfirmasi dalam jumlah yang mencapai rekor, dan jumlah kematian akibat virus corona di AS melampaui jumlah warganya yang meninggal dalam Perang Dunia I.
Di antara langkah-langkah yang diambil Beijing adalah membatalkan puluhan penerbangan domestik, menerapkan upaya-upaya social distancing yang lebih ketat dan mewajibkan siapapun yang memasuki sejumlah kawasan permukiman untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan melakukan registrasi.
Ada sedikitnya 137 kasus baru di Beijing sejak akhir pekan lalu yang terkait dengan sebuah pasar grosir.
Para pejabat kesehatan Brazil, Selasa (16/6) melaporkan 34.918 kasus baru terkonfirmasi dalam periode 24 jam. Negara itu kini mencatat lebih dari 900 ribu kasus, jumlah kedua terbanyak setelah AS.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengesampingkan betapa seriusnya virus itu sewaktu ia mendesak bisnis agar mulai beraktivitas kembali. Kepala Staf Kepresidenan, Walter Braga Netto, Selasa (16/6) mengatakan, “Ada krisis, kami bersimpati pada keluarga yang berduka, tetapi krisis ini dapat dikelola.”
“Brazil memiliki 23 persen dari keseluruhan kasus dan 21 persen dari keseluruhan kematian di wilayah kami, dan kami tidak melihat penularan melambat,” kata Direktur Organisasi Kesehatan Pan America Carissa Etienne dalam suatu pengarahan hari Selasa (16/6). Ia mengatakan jumlah kasus di semua negara di Amerika Latin, dan beberapa di Karibia, meningkat.
Peru juga terpukul parah oleh virus corona. Hari Selasa (16/6), negara itu melaporkan jumlah kematian di negara itu telah melampaui 7.000 orang.
Sedangkan di Honduras, Presiden Juan Orlando Hernandez mengumumkan Selasa malam (16/6) bahwa ia telah didiagnosis terjangkit Covid-19.
Berdasarkan statistik Johns Hopkins University, AS mencatat lebih dari 2,1 juta kasus terkonfirmasi dan sekitar 117 ribu kematian.
PM Selandia Baru Jacinda Ardern, Selasa (16/6) mengumumkan ia menugaskan seorang pejabat militer senior untuk mengawasi “semua kegiatan karantina dan fasilitas isolasi” setelah dua warga yang tiba dari Inggris untuk mengunjungi kerabat yang sakit diizinkan meninggalkan karantina tanpa dites, kemudian hasil tes mereka terbukti positif.
Perkembangan ini terjadi lebih dari tiga pekan setelah tes positif terakhir di negara itu, dan Ardern menyatakan ia tidak bisa membiarkan Selandia Baru menyia-nyiakan kemajuan yang dicapainya dalam menghentikan penyebaran virus.
“Kasus ini mewakili kegagalan sistem yang tidak dapat diterima sama sekali,” kata Ardern kepada wartawan. “Ini seharusnya tidak terjadi, dan tidak boleh terulang.”
Sementara penelitian terus berlangsung di banyak laboratorium di berbagai penjuru dunia untuk membuat vaksin virus corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Selasa (16/6) menyambut hasil uji klinis awal yang menunjukkan obat dexamethasone dapat membantu mengobati mereka yang sakit kritis akibat Covid-19.
Satu tim dari University of Oxford memberikan obat itu kepada lebih dari 2.000 pasien Covid-19 yang sakit kritis, dan melaporkan bahwa pada mereka yang begitu sakit dan memerlukan ventilator untuk bernapas, kematian berkurang 35 persen pada mereka yang minum obat itu.
Pada pasien yang memerlukan bantuan lebih sedikit, yakni hanya oksigen agar dapat bernapas dengan lebih baik, obat itu dapat mengurangi tingkat kematian sekitar 20 persen. Para peneliti melaporkan tidak ada manfaat obat itu pada pasien yang sakitnya ringan.
Spanyol, yang dengan 27 ribu kematian merupakan negara dengan jumlah kematian akibat Covid-19 terbanyak ke-enam di dunia, akan menghormati para korban penyakit itu dalam suatu upacara kenegaraan pada 16 Juli. PM Pedro Sanchez mengumumkan rencana itu kepada para anggota parlemen hari Rabu, dengan mengatakan para pejabat Uni Eropa dan WHO juga akan menghadirinya. [uh/ab]