Tautan-tautan Akses

China dan Rusia Bahu-membahu Atasi Ancaman Keamanan di Asia Tengah


Sejumlah kapal angkatan laut China dan Rusia menggelar patroli bersama di kawasan Samudra Pasifik pada 23 Oktober 2021. (Foto: Handout via Reuters/Russian Defence Ministry)
Sejumlah kapal angkatan laut China dan Rusia menggelar patroli bersama di kawasan Samudra Pasifik pada 23 Oktober 2021. (Foto: Handout via Reuters/Russian Defence Ministry)

Beijing dan Moskow kini memusatkan perhatian mereka pada kawasan Asia Tengah menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh pihak Taliban.

Ancaman keamanan di Afghanistan dan keinginan untuk menutup Asia Tengah dari pengaruh kekuatan lain, seperti Amerika Serikat, memotivasi Beijing dan Moskow untuk bekerja sama dan melupakan perbedaan di antara mereka, demikian menurut Emil Avdaliani, direktur studi Timur Tengah dari lembaga kajian Geocase, Georgia.

“Mereka sengaja menghindari pembentukan persekutuan karena keduanya berpendapat, hal itu akan membatasi kebijakan luar negeri mereka dan bukan menciptakan kondisi yang mendukung koordinasi,” kata Avdaliani kepada VOA.

Sementara China merupakan kekuatan ekonomi di kawasan Asia Tengah, Rusia memainkan peran sebagai penjamin keamanan, tambahnya.

Dalam tiga dekade sejak kejatuhan Uni Soviet, keterlibatan Beijing secara bertahap dengan negara-negara Asia Tengah terfokus pada kegiatan ekonomi, dengan investasi di bidang hidrokarbon yang didukung oleh negara, ekstraksi mineral, konstruksi pipa minyak, transportasi, pembangkit energi listrik, dan baru-baru ini, industrialisasi bidang non-energi. China juga telah mengembangkan koordinasi keamanan dengan kekuatan kawasan melalui Organisasi Kerjasama Shanghai.

Moskow berperan sebagai mitra keamanan dominan untuk negara-negara di dalam kerangka kerja Organisasi Traktat Keamanan Kolektif, dan menjadi pemasok senjata terbesar. Rusia tetap menjadi penjamin keamanan utama dari kawasan Asia Tengah, di mana mereka menguasai 62 persen dari pasar senjata di kawasan tersebut.

Sementara itu, dominasi ekonomi Rusia di kawasan itu turun sebanyak 80% atau senilai $110 miliar dari nilai perdagangan yang negara tersebut lakukan di kawasan Asia Tengah pada tahun 90-an. Jumlah tersebut berkisar hanya sekitar dua pertiga dari nilai perdagangan yang dilakukan Beijing pada kawasan yang sama.

“Akhir-akhir ini ada kecenderungan China menjadi pemegang keamanan juga,” kata Avdaliani kepada VOA. “Pertama, ada laporan tentang pangkalan militer China di Tajikistan dan kemungkinan kehadiran pihak militer mereka di wilayah utara Afghanistan. China juga semakin terlibat dalam latihan militer dengan negara-negara Asia Tengah.”

Hingga 2014, transfer senjata dari Beijing melalui hibah dan penjualan ke negara-negara kawasan, seperti Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan, hanya terjadi dalam jumlah kecil. Tetapi sejak itu, China telah meningkatkan penjualan senjata di kawasan, demikian menurut sebuah laporan dari Wilson Center yang dirilis tahun ini. [jm/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG