China diduga telah menahan puluhan perempuan Muslim di provinsi Xinjiang yang resah karena menikahi lelaki di wilayah utara Pakistan yang berbatasan dengan China.
Masalah tersebut dinyatakan dalam resolusi yang disahkan dengan suara bulat oleh dewan legislatif wilayah Gilgit-Baltistan, yang diungkapkan anggota parlemen Pakistan pada hari Minggu.
Resolusi tersebut menuntut pemerintah Pakistan mengambil langkah mendesak untuk menjamin pembebasan lebih dari 50 perempuan Tionghoa yang diperistri orang Pakistan, yang katanya ditahan tahun lalu ketika mereka mengunjungi keluarga di kota asal mereka di Xinjiang.
Wakil ketua majelis tersebut mengatakan bahwa perempuan-perempuan tersebut ditangkap dalam sebuah tindakan anti-teroris China terhadap komunitas Uighur Muslim di Xinjiang.
Perempuan-perempuan tersebut menikah dengan pria Gilgit-Baltistan yang sebagian besar terlibat dengan kegiatan perdagangan melalui Celah Khunjerab, satu-satunya rute darat yang menghubungkan Pakistan dan China, sekitar 4.500 meter di atas permukaan laut.
Anggota parlemen daerah itu menegaskan bahwa perkawinan antara warga Gilgit-Baltistan dan Xinjiang sudah berlangsung puluhan tahun, dan kedua wilayah perbatasan tersebut memiliki ikatan budaya yang dalam. Mereka menegaskan bahwa wanita Tionghoa yang ditahan itu tidak bersalah dan tidak memiliki hubungan dengan unsur-unsur radikal manapun. Pejabat federal China dan Pakistan belum menanggapi tuduhan yang dicantumkan dalam resolusi tersebut. [as/ii]