Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengakhiri kunjungan singkatnya ke Singapura, Malaysia dan Kamboja, Minggu (13/8). Sementara itu ketegangan di Laut China Selatan yang disengketakan terus meningkat menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) pada 5-7 September di Jakarta.
Lawatan empat hari Wang dimaksudkan untuk “memperkuat komunikasi strategis dengan ketiga negara,” menurut pernyataan China menjelang lawatan itu. Namun, para analis mengatakan Wang juga ingin mempercepat Pedoman Perilaku (Code of Conduct/COC) versi Beijing untuk jalur laut internasional yang disengketakan itu dan memusatkan perhatiannya pada ‘negara-negara yang bersahabat’ di ASEAN.
Hunter Marston, pakar Asia Tenggara di Australia National University, mengatakan bahwa kunci untuk itu adalah memperkuat iktikad China dengan mitra-mitra yang lebih mudah dipengaruhi di blok beranggotakan 10 negara itu, dan pada saat bersamaan mengisolasikan negara-negara yang cenderung ke Barat seperti Filipina dan Vietnam.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr telah mengarahkan negaranya lebih dekat ke Amerika Serikat (AS) dan mengambil sikap yang jauh lebih keras terhadap ekspansionisme maritim China sejak ia terpilih tahun lalu.
Pembicaraan antara Manila dan Hanoi mengenai suatu pakta maritim juga telah dimulai untuk mempertahankan kepentingan bersama kedua negara di tengah-tengah konfrontasi dengan kapal-kapal China dalam beberapa pekan ini, yang disebut Marcos “akan membawa unsur stabilitas bagi berbagai masalah yang kita lihat sekarang ini di Laut China Selatan.”
Marston mengatakan Wang harus menegaskan kembali kebijakan luar negeri China terkait kepentingannya, yang artinya lebih dari sekadar mengabaikan putusan mahkamah internasional di Den Haag, yang mendukung Filipina dan menolak klaim China di Laut China Selatan.
“Dalam beberapa hal, ia mungkin membuat Filipina merasa sendirian. Dalam beberapa hal, Malaysia dan Singapura merupakan tempat yang jauh lebih nyaman bagi China untuk dikunjungi mengingat langkah Marcos Jr terhadap Washington,” ujarnya.
Hubungan Beijing dengan ASEAN telah diuji dengan pernyataan klaim China atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan melalui apa yang disebutnya sebagai sembilan garis putus-putus, suatu pernyataan yang dikemukakannya meskipun ada klaim tumpang tindih dari sebagian anggota blok itu, yaitu Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei. [uh/ab]
Forum