China, Rabu (5/1), melaporkan penurunan besar dalam jumlah infeksi baru COVID-19 lokal di Xi'an, sebuah kota di wilayah utara negara itu yang menjalani lockdown ketat selama dua pekan terakhir.
Dengan Olimpiade Beijing yang semakin mendekat, China menggandakan langkah-langkah untuk mencegah wabah baru yang dapat mempengaruhi pesta olahraga itu.
Orang-orang diberitahu untuk melakukan perjalanan masuk dan keluar dari Beijing hanya jika mereka benar-benar perlu. Sebagian besar hotel telah berhenti menerima reservasi baru. Atlet, ofisial, dan jurnalis akan memasuki kawasan yang disebut gelembung “antipandemi'' segera setelah mereka tiba dan akan tetap berada di sana sampai pertandingan musim dingin 4-20 Februari itu berakhir.
Tidak ada penonton dari luar China yang akan diizinkan hadir, dan sebagian besar penonton diperkirakan hanya akan berasal dari sekolah, kantor pemerintah dan militer di negara itu.
Menggarisbawahi pentingnya acara tersebut, Presiden China dan pemimpin Partai Komunis Xi Jinping mengunjungi lokasi Olimpiade di sekitar ibu kota, Selasa, termasuk pusat media utama.
“Menyelenggarakan acara olahraga internasional besar seperti Olimpiade Musim Dingin akan menjadi kesempatan untuk meningkatkan pengaruh budaya China, jangkauan pelaporan berita dan daya tarik bangsa,” kata Xi seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah Xinhua.
Kekhawatiran terkait wabah menambah tekanan yang dialami China menyusul kontroversi terkait catatan HAM China, yang menyebabkan AS dan sekutu-sekutu dekat mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin itu. Xi sedang berusaha meraih masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin tahun ini dan ingin menghindari perkembangan apa pun yang dapat merusak reputasinya.
Komisi Kesehatan Nasional, Rabu (5/1), mengumumkan hanya 35 kasus baru di Xi'an, turun dari 95 sehari sebelumnya. Itu menandai penurunan yang stabil sejak kasus baru harian mencapai 100, yang mendorong banyak pejabat untuk mempertahankan, dan dalam beberapa kasus memperketat pembatasan pada orang-orang yang meninggalkan rumah mereka.
Xi'an mencatat lebih dari 1.600 kasus tetapi tidak ada kematian dalam lonjakan terbarunya. Itu jumlah yang kecil dibandingkan dengan wabah di negara-negara lain, dan merupakan petunjuk bahwa strategi “toleransi nol'' China untuk mengarantina setiap kasus, pengujian massal dan mencoba untuk memblokir infeksi baru dari luar negeri telah membantunya mencegah terjadinya wabah besar.
China juga telah memvaksinasi hampir 85 persen populasinya, menurut Our World in Data. Vaksin telah membantu mengurangi keparahan penyakit yang ditimbulkan, meskipun vaksin China dianggap kurang efektif daripada yang digunakan di banyak negara lain. [ab/uh]