BEIJING —
Korea Utara mengatakan kemungkinan akan segera melaksanakan ujicoba nuklir yang ke-empat. Jika hal itu dilaksanakan, menurut analis, China mungkin akan mendukung sanksi-sanksi lebih berat di PBB, bahkan akan mengambil sejumlah tindakan mereka sendiri.
Hari Sabtu (10/5), Korea Utara memperbarui ancamannya untuk melakukan ujicoba nuklirnya yang ke-empat. Kapan Pyongyang akan melaksanakan ujicoba tersebut, tidak jelas. Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan, berbagai persiapan bagi ujicoba itu tampaknya hampir selesai.
Alexander Neill, peneliti senior mengenai keamanan Asia pada forum Shangri-La Dialogue, mengemukakan, “Saya pikir, berdasarkan bukti-bukti nyata, ujicoba nuklir tersebut akan segera dilaksanakan.”
China telah lama menjadi salah satu dari segelintir sahabat Korea Utara, dan banyak yang berpendapat bahwa Beijing merupakan satu-satunya negara yang dapat mempengaruhi Pyongyang. Menyusul ujicoba nuklir tahun lalu, Beijing mulai menerapkan pendekatan lebih keras, dengan menghentikan untuk sementara arus wisatawan dan membekukan segala transaksi antara Bank China “Bank of China” dan sebuah bank Korea Utara.
Ilmuwan politik Shi Yinhong dari Universitas Renmin di Beijing, mengutarakan, ujicoba ke-empat akan berarti tindakan lebih tegas.
“China, bersama-sama anggota tetap DK PBB lainnya, akan menyusun resolusi-resolusi sanksi PBB, dan China mungkin akan melancarkan sanksi-sanksinya sendiri, yang mencakup beberapa langkah yang belum dilakukan negara itu di masa lalu.
Ini dapat menjadi langkah awal dari tanggapan tegas terhadap perilaku Korea Selatan yang sangat berbahaya,” ujar Shi.
Menurut Neill, ada serangkaian tindakan yang dapat diambil China, tetapi ada keterbatasan juga pada apa yang dapat dilakukan Beijing.
“China dapat menghentikan bantuan pangan bagi Korea Utara, China dapat pula menghentikan suplai bahan bakar dan menekan Utara di sejumlah bidang tertentu seperti investasi China di Korea Utara. Tetapi, pada akhirnya, China terpaksa melakukan penyeimbangan strategis dengan tetap menjadikan Korea Utara sebagai zona penyangga di semenanjung Korea,” papar Neil.
Beijing juga kian menghadapi kesulitan berkenaan dengan sikap tak terduga Kim Jong Un dan ini semakin merenggangkan hubungan serta mengarah ke sikap China yang lebih tegas terhadap Korea Utara.
Profesor Shi Yinhong dari Universitas Renmin mengemukakan, sejak memangku jabatan, Kim masih belum melawat ke China. Tetapi presiden Korea Selatan telah bertemu dengan pemimpin China beberapa kali, dan bulan depan Presiden Xi Jinping akan berkunjung ke Seoul.
Hari Sabtu (10/5), Korea Utara memperbarui ancamannya untuk melakukan ujicoba nuklirnya yang ke-empat. Kapan Pyongyang akan melaksanakan ujicoba tersebut, tidak jelas. Kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan, berbagai persiapan bagi ujicoba itu tampaknya hampir selesai.
Alexander Neill, peneliti senior mengenai keamanan Asia pada forum Shangri-La Dialogue, mengemukakan, “Saya pikir, berdasarkan bukti-bukti nyata, ujicoba nuklir tersebut akan segera dilaksanakan.”
China telah lama menjadi salah satu dari segelintir sahabat Korea Utara, dan banyak yang berpendapat bahwa Beijing merupakan satu-satunya negara yang dapat mempengaruhi Pyongyang. Menyusul ujicoba nuklir tahun lalu, Beijing mulai menerapkan pendekatan lebih keras, dengan menghentikan untuk sementara arus wisatawan dan membekukan segala transaksi antara Bank China “Bank of China” dan sebuah bank Korea Utara.
Ilmuwan politik Shi Yinhong dari Universitas Renmin di Beijing, mengutarakan, ujicoba ke-empat akan berarti tindakan lebih tegas.
“China, bersama-sama anggota tetap DK PBB lainnya, akan menyusun resolusi-resolusi sanksi PBB, dan China mungkin akan melancarkan sanksi-sanksinya sendiri, yang mencakup beberapa langkah yang belum dilakukan negara itu di masa lalu.
Ini dapat menjadi langkah awal dari tanggapan tegas terhadap perilaku Korea Selatan yang sangat berbahaya,” ujar Shi.
Menurut Neill, ada serangkaian tindakan yang dapat diambil China, tetapi ada keterbatasan juga pada apa yang dapat dilakukan Beijing.
“China dapat menghentikan bantuan pangan bagi Korea Utara, China dapat pula menghentikan suplai bahan bakar dan menekan Utara di sejumlah bidang tertentu seperti investasi China di Korea Utara. Tetapi, pada akhirnya, China terpaksa melakukan penyeimbangan strategis dengan tetap menjadikan Korea Utara sebagai zona penyangga di semenanjung Korea,” papar Neil.
Beijing juga kian menghadapi kesulitan berkenaan dengan sikap tak terduga Kim Jong Un dan ini semakin merenggangkan hubungan serta mengarah ke sikap China yang lebih tegas terhadap Korea Utara.
Profesor Shi Yinhong dari Universitas Renmin mengemukakan, sejak memangku jabatan, Kim masih belum melawat ke China. Tetapi presiden Korea Selatan telah bertemu dengan pemimpin China beberapa kali, dan bulan depan Presiden Xi Jinping akan berkunjung ke Seoul.