Seperti banyak negara, China mengambil langkah-langkah yang luas untuk mencegah virus Ebola yang mematikan, masuk ke negara itu. Tetapi pemerintah tidak banyak merilis informasi tentang langkah-langkah apa saja yang diambilnya.
Dalam kunjungan baru-baru ini ke Guangzhou, kota pelabuhan di China selatan, dengan penduduk asal Afrika terbanyak di seluruh Asia, wartawan VOA Bill Ide melihat langsung hotel tempat wisatawan dari negara-negara yang dilanda Ebola diwajibkan tinggal, sementara kesehatan mereka dipantau petugas kesehatan.
Pengadaan hotel khusus bagi wisatawan dari Afrika Barat ini adalah langkah penting, yang diambil China dalam mencegah Ebola, tetapi tidak diberitakan. Hotel ini masih beroperasi seperti biasa, tetapi disiapkan untuk orang-orang yang mungkin terkena Ebola, para pekerja kesehatan dan pejabat keamanan China.
Untuk mengetahui lebih lanjut, VOA diam-diam menjelajahi ruangan-ruangan hotel. Mereka yang bersedia diwawancara, meminta agar VOA tidak menyebut identitas mereka.
Muhammad, seorang pedagang dari Sierra Leone mengatakan, "Ketika datang, saya sangat frustrasi karena petugas di hotel tempat saya biasanya tinggal, ketika saya menunjukkan paspor, mengatakan “Maaf, kami tidak bisa mengizinkan Anda tinggal di sini."
Setelah beberapa kali ditolak hotel, Mohammed akhirnya tahu bahwa ia harus tinggal di Hotel Canton. Orang-orang yang lain mengetahui hal itu dari teman-teman. Semua orang yang diajak bicara oleh VOA mengungkapkan rasa terima kasih karena diberi tempat tinggal gratis, tetapi beberapa dari mereka menyuarakan keprihatinan.
Seorang pedagang dari Republik Demokratik Kongo mengatakan staf hotel mengganti handuk, tetapi tidak seprai mereka. Asumsinya adalah hotel membakar seprai itu setelah mereka pergi.
Menurutnya, petugas itu mengatakan bahwa penyakit (ebola) ini ada di Afrika, sehingga mereka harus mengambil langkah-langkah ini.
Namun, ia merasa tidak sakit dan menambahkan bahwa tidak seharusnya para petugas itu memperlakukan orang seperti anjing.
"Mereka datang untuk memeriksa kami setiap pagi dan setiap malam. Mereka mengukur suhu tubuh dan memeriksa apakah kami mengidap batuk. Sejak kami berada di sini, tidak ada yang menunjukkan gejala-gejala penyakit itu. Tetapi mereka tidak mempercayai kami. Kami tidak diberitahu apa-apa."
Musa berasal dari Togo tetapi berpaspor Guinea. VOA mewawancarainya di jalan di luar hotel setelah manajemen hotel menyatakan kekhawatiran kami akan mengganggu para tamu.
Ia mengatakan, semua orang dari Guinea, Liberia, Sierra Leone, yang memiliki dokumen perjalanan dari negara-negara itu, dianggap mengidap Ebola begitu menunjukkan paspor. Tetapi ada juga orang asing yang pernah datang ke negara-negara itu tetapi tidak dianggap mengidap virus Ebola. Jadi, bukan orang yang terkena Ebola, melainkan paspornya.
Bagi banyak pendatang baru dari Afrika ke China, langkah-langkah yang diberlakukan di sini tampaknya tidak akan berubah dalam waktu dekat.