Tautan-tautan Akses

China Salahkan Orang Asing Yang Menghasut Protest


FILE - Para pengunjuk rasa mengangkat kertas kosong dan meneriakkan slogan-slogan saat mereka berbaris sebagai protes di Beijing, Minggu, 27 November 2022. (AP/Ng Han Guan, File)
FILE - Para pengunjuk rasa mengangkat kertas kosong dan meneriakkan slogan-slogan saat mereka berbaris sebagai protes di Beijing, Minggu, 27 November 2022. (AP/Ng Han Guan, File)

Penguasa China menuduh “kekuatan-kekuatan musuh,” termasuk orang-orang asing, menghasut demonstrasi jalanan di lebih dari tiga puluh kota dan banyak lagi universitas dalam tantangan politik domestik terbesar bagi Beijing sejak protes tahun 1989 di Lapangan Tiananmen.

Yang dipertaruhkan adalah legitimasi Partai Komunis China (PKT) yang berkuasa, karena para demonstran mempertanyakan penanganan pemerintah terhadap pandemi COVID-19. Pemerintah telah menggunakan metode represif seperti tes massal berulang kali, karantina, dan lockdown yang mengakibatkan pengangguran besar-besaran dan kerugian ekonomi.

Pemerintah kemudian menangani situasi baru ini dengan hati-hati. Meskipun beberapa kasus kekerasan oleh polisi telah terjadi, penindasan oleh negara belum mencapai tingkat yang awalnya dikhawatirkan. Pemerintah lebih bergantung pada propaganda untuk membangkitkan sentimen nasionalis dan menggunakan metode yang memecah belah secara politik untuk mengatasi sebagian masalah yang disoroti para pengunjuk rasa, kata sejumlah analis.

“Kita harus tegas menindak kegiatan infiltrasi dan sabotase oleh kekuatan-kekuatan musuh sesuai dengan hukum, dengan tegas menindak tindakan ilegal dan kriminal yang mengganggu tatanan sosial serta secara efektif mempertahankan stabilitas sosial secara keseluruhan,” kata Komisi Pusat Urusan Politik dan Hukum Partai Komunis China dalam pernyataan yang dilansir hari Selasa.

Pakar ilmu politik Bucknell University Zhiqun Zhu mengatakan pernyataan itu merupakan acuan langsung terhadap kekuatan-kekuatan asing yang berupaya mengobarkan kerusuhan politik.

“Definisi ‘infiltrasi’ dan ‘kegiatan sabotase’ sangat luas. Bahkan wartawan asing yang meliput di lokasi dipandang dengan kecurigaan,” kata Zhu kepada VOA. Posting dan komentar di media sosial mengenai protes juga dianggap semakin mengobarkan kemarahan.

“Dalam konteks ini, orang-orang asing yang mengemukakan pernyataan kritis mengenai protes atau melakukan kontak dengan pengunjuk rasa dengan mudah disalahkan karena menghasut, membentuk dan memandu demonstrasi,” katanya.

Dengan menyalahkan orang-orang dan pemerintah asing atas kerusuhan, para analis mengatakan Beijing dapat mengobarkan sentimen nasionalis yang melemahkan gerakan protes.

Diperkirakan 43 protes di 22 kota China berlangsung antara Sabtu dan Senin lalu, menurut Australian Strategic Policy Institute yang berbasis di Canberra. Beberapa analis mengatakan protes itu telah menyebar ke lebih banyak lagi kota besar dan kecil.

Pemimpin China sedang berupaya memenuhi sebagian tuntutan dalam protes untuk mencabut pembatasan COVID-19 seperti lockdown, tes massal dan karantina. Beberapa daerah dan restoran di Guangzhou – pusat manufaktur yang dihantam keras oleh wabah terbaru COVID-19 – yang dikenai lockdown telah dibuka kembali pada hari Rabu lalu. [uh/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG