Lima aktivis hak-hak perempuan China masih ditahan setelah polisi secara resmi menahan mereka. Penahanan resmi membuka jalan bagi tuntutan pidana. Seorang pengacara bagi perempuan-perempuan itu mengatakan mereka diduga "memicu pertengkaran dan memprovokasi kerusuhan," tuduhan yang umum digunakan untuk menangkap pembangkang China.
William Nee, seorang peneliti China dari Amnesty International mengatakan, "Terutama, mengingat tahun ini adalah ulang tahun ke 20 dari konferensi perempuan di Beijing, yang merupakan tahun penting bagi hak-hak perempuan dan komitmen China terhadap hak-hak perempuan. Jadi penahanan lima perempuan yang berupaya menghentikan pelecehan seksual, pada ulang tahun ke-20 konferensi itu, adalah mutlak memalukan, jadi mudah-mudahan pemerintah China akan melakukan hal yang benar dan membebaskan mereka dengan segera."
Sepuluh aktivis perempuan ditahan tanggal 6 Maret lalu. Mereka merencanakan demonstrasi tanggal Minggu 8 Maret saat peringatan Hari Perempuan Internasional.
Mereka juga berencana menempel selebaran bertuliskan, "Hentikan Pelecehan Seksual" pada kendaraan angkutan umum di China. Pelecehan seksual perempuan di kereta bawah tanah dan bus menjadi topik populer yang diperdebatkan dalam setahun terakhir di China. Lima perempuan kemudian dibebaskan. Li Tingting, Wei Tingting, Wang Man, Zheng Churan dan Wu Rongrong masih ditahan.
Penahanan resmi mereka adalah langkah hukum sebelum tuntutan dilakukan dan perempuan-perempuan itu dapat diseret ke pengadilan. Para pengamat mengatakan jika mereka dibawa ke pengadilan, itu akan menjadi tanda lain dari meluasnya tindakan keras terhadap masyarakat madani di China.
"Jika mereka secara resmi ditangkap, saya bisa mengatakan pemerintah mengambil sikap lebih keras terhadap masyarakat madani dan hak-hak perempuan. Tapi untuk mengatakan itu bagi saya masih terlalu dini. Dan kini saatnya masyarakat di seluruh dunia untuk menyuarakan dukungan dan kemarahan mereka," tambah William Nee.
William Nee mengatakan, fakta bahwa perempuan-perempuan ditahan di beberapa kota di China timur menunjukkan upaya terkoordinasi secara luas oleh pemerintah China. Penangkapan mereka terjadi ketika berlangsung pertemuan tahunan parlemen nasional China, di mana pemerintah menambah keberadaan polisi dan pasukan keamanan di ibukota.
Penahanan itu menarik kecaman internasional. Samantha Power, Duta Besar AS untuk PBB, mengunggah pesan Twitter bahwa penangkapan perempuan-perempuan itu membatasi individu dan LSM dalam "memperjuangkan hak-hak universal." Uni Eropa menghimbau pembebasan para tahanan itu.